Dhaka (ANTARA News) - Kepolisian antiterorisme Bangladesh menembak mati dua pegaris keras, salah seorang di antaranya tersangka utama serangan kafe menewaskan 20 orang yang sebagian besar warga asing di ibukota Dhaka, Juli 2016.

Nurul Islam Marjan, komandan pecahan kelompok Jamaat-ul-Mujahideen Bangladesh (JMB) terbunuh bersama anggota lainnya pada Jumat (6/1), kata kepala unit polisi antiterorisme Dhaka, Monirul Islam, kepada pers, Sabtu (7/1).

Marjan sempat menjadi buronan polisi karena diduga terlibat dalam aksi teror di sebuah kafe di kawasan diplomatik kota Dhaka, Juli 2016.

Insiden itu menunjukkan tingginya ancaman pegaris keras di Bangladesh, hingga dianggap akan membuat investor asing khawatir untuk menanam modal.

Sejauh ini polisi telah memburu dan menewaskan 40 pegaris keras yang dianggap terhubung dengan teror tersebut, termasuk dalangnya, Tamim Chowdhury.

Kepolisian kerap menghubungkan sejumlah serangan dalam dua tahun terakhir ke JMB, kelompok yang diduga terhubung dengan ISIS.

Akan tetapi, pemerintah mengatakan, Bangladesh bebas dari pengaruh ISIS.

Polisi pada september lalu menahan istri Marjan, Shaila Afrin Prioyti, bersama dua anggota perempuan lainnya di Dhaka.

Marjan yang sempat berkuliah di Universitas Chittagong jurusan Sastra Arab dikabarkan hilang dari desanya di Distrik Pabna, sekitar 160 kilometer (100 mil) dari utara ibukota satu tahun lalu, kata polisi.

Meski pemerintah menyangkal klaim ISIS yang mengaku bertanggung jawab, pengamat di Dhaka mengatakan kepada Reuters bahwa tingkat kesiapan serta proses eksekusinya mengindikasikan serangan itu terhubung dengan jaringan teroris lintas negara.

Penyidik masih memburu Syed Mohammad Ziaul Haque, pegaris keras yang pernah berpangkat mayor di militer sebelum dipecat.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017