... pertarungan Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan proxy war dari rivalitas Megawati, Yudhoyono, dan Prabowo, dalam konteks dan dinamika menuju Pemilu 2019...
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, memandang langkah tiga ketua umum partai pengusung utama untuk turun tangan di Pilkada DKI Jakarta 2017, akan meningkatkan elektabilitas masing-masing kandidat.

"Turunnya elit politik atau ketua umum partai politik, yaitu Prabowo, Megawati, dan SBY di Pilkada Jakarta jelas ada pengaruhnya bagi tiga kontestan yang berkompetisi di Pilgub DKI mendekati hari pemungutan suara 15 Februari 2017," ujar Dirgantara, di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo Subianto, ikut serta mendampingi pasanganAnies Baswedan-Sandiaga Uno, saat kampanye di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/1).

Belakangan Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengemukakan, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, siap "turun gunung" berkampanye untuk Basuki Purnama-Djarot Hidayat.

Sementara Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Yudhoyono, dalam beberapa kesempatan dan acara khusus, hadir mendampingi putranya, Agus Yudhoyono yang berpasangan dengan Sylviana Murni.

Simak alasan Dirgantara bahwa kehadiran ketiga tokoh puncak politik nasional itu mendongkrak elektabilitas mereka. 

Pertama, simpatisan, relawan, dan mesin parpol yang mengusung masing-masing pasangan calon akan lebih "panas", aktif, dan semangat memenangkan jagoannya.

Kedua, kehadiran ketiga tokoh itu dapat mempengaruhi para pemilih yang masih belum menentukan pilihan atau pemilih mengambang.

"Otomatis elektabilitas dari kandidat yang bersangkutan bisa lebih baik di mata publik," jelas Igor.

Alasan ketiga, pertarungan Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan proxy war dari rivalitas Megawati, Yudhoyono, dan Prabowo, dalam konteks dan dinamika menuju Pemilu 2019.

Yudhoyono pernah menjadi menteri dan menteri koordinator di jajaran kabinet pemerintahan Megawati. 

Saat Yudhoyono menjadi presiden (2004-2014), sangat jarang Megawati hadir pada acara-acara kenegaraan yang digelar di Istana Merdeka; di antara yang jarang itu adalah saat menjamu secara kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama. 

Pemilu 2004 menjadi momen Yudhoyono menjadi presiden dengan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden. Mereka mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasjim Muzadi. 

Pada kurun waktu itu (2004-2014), Megawati juga lebih sering menggelar sendiri upacara bendera peringatan proklamasi Indonesia saban 17 Agustus di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan, ketimbang hadir di Istana Merdeka sebagai undangan kehormatan.

Sedangkan Prabowo tidak pernah duduk di pemerintahan, namun partai politik yang dia pimpin pernah beberapa kali berkongsi dengan PDI Perjuangan, di antaranya saat Pilkada DKI Jakarta 2012, saat mengusung Jokowi-Basuki Purnama. 

Sebelumnya, pada Pemilu 2009, Prabowo pernah berpasangan dengan Megawati sebagai salah satu kontestan. Mereka dikalahkan pasangan Susilo Yudhoyono-Boediono. 

"Sehingga siapa pun yang memenangkan kursi panas DKI 1 akan memudahkan jalan untuk pertarungan RI 1 nanti," nilai Dirgantara.

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017