Mataram (ANTARA News) - Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat Hj Putu Selly Andayani mengakui meski harga cabai melambung tinggi, para pedagang mengirimkan cabai dari daerah itu tidak hanya melalui laut melainkan menggunakan pesawat terbang.

"Selain kendaraan plat luar daerah, mereka juga menggunakan pesawat dan itu lolos," kata Selly Andayani di Mataram, Selasa.

Ia menyebutkan, per kilogram cabai dikenakan biaya hanya Rp6.000 sehingga jauh lebih murah dari pada harus melalui jalur laut. Hanya saja, agar tidak mengurangi pasokan di dalam daerah, ia menyarankan perlu ada pembatasan.

"Silakan dikirim keluar tetapi jangan berlebihan sehingga di dalam daerah menjadi berkurang," ujarnya.

Terkait maskapai yang digunakan untuk mengangkut cabai, mantan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM NTB itu enggan menyebutkan. Hanya saja, untuk mencegah agar komoditas di NTB tidak mudah keluar sehingga bisa mengamankan pasokan dalam daerah, pihak berencananya menerapkan e-Comerse agar setiap ada transaksi antara pedagang dan pembeli bisa diketahui.

Pemerintah melakukan operasi pasar untuk mencegah kenaikan harga cabai tidak terlalu tinggi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian NTB Husnul Faozi membenarkan pengiriman cabai ke luar daerah tidak lagi menggunakan kapal laut melainkan sudah menggunakan maskapai penerbangan. Meski kenaikan harga cabai bersifat musiman.

Saat ini harga cabai di daerah itu terus merangkak naik hingga menembus angka Rp115 ribu per kilogram.

"Dua hari lalu harganya Rp85 ribu per kilogram, tetapi naik lagi Rp95 ribu per kilogram, kemudian naik lagi Rp115 ribu per kilogram," ucapnya.

Ia menjelaskan, kenaikan harga cabai tersebut tidak terkait dengan ketersediaan sebab, NTB merupakan daerah surplus cabai. Hanya saja, naiknya harga cabai itu dikarenakan cabai asal NTB banyak dikirim ke sejumlah daerah, salah satunya Jakarta sehingga persediaan di dalam daerah menjadi berkurang.

"Produksi cabai kita itu 105 ribu ton per tahun dari 5.800 hektare lahan. Saat panen tertinggi 13-14 ribu ton per hektare. Sisanya surplus sekitar 20 ton. Surplus inilah yang juga dibawa keluar," imbuhnya.

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017