Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memantau langsung perkembangan harga kebutuhan pokok penting di Jakarta, dan memastikan pasokan yang ada tidak terhambat distribusinya ke pasar konsumen.

Enggartiasto memantau harga kebutuhan pokok di beberapa pasar yang ada di Jakarta, antara lain Pasar Koja Baru Jakarta Utara, Pasar Rawamangun Jakarta Timur dan Pasar Jatinegara Jakarta Timur. Berdasarkan pantauan langsung, sejauh ini pasokan tidak ada gangguan dan harga bahan pokok dalam kondisi stabil.

"Saya memastikan bahwa ketersediaan daging cukup, masyarakat ada pilihan. Untuk daging beku dengan harga maksimum Rp80.000 tersedia, dan juga ada daging segar," kata Enggartiasto di Pasar Jatinegara Jakarta Timur, Kamis.

Pemerintah menjamin pasokan kebutuhan daging untuk masyarakat akan terpenuhi, bahkan hingga Lebaran 2017. beberapa skema yang sudah dilakukan adalah impor daging beku, selain juga mengimpor sapi bakalan serta pengembangan sapi indukan di dalam negeri.

Hingga saat ini, harga daging di pasar masih belum sesuai dengan keinginan pemerintah. Pemerintah memberikan pilihan kepada konsumen berupa daging sapi beku dengan harga Rp80.000 per kilogram.

Berdasarkan data dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag, harga rata-rata nasional untuk daging sapi tercatat sebesar Rp112.000 per kilogram. Dalam beberapa minggu terakhir, harga kebutuhan masyarakat tersebut cenderung mengalami fluktuasi.

Enggartiasto menambahkan, komoditas lain seperti gula kristal putih, sudah ada kesepakatan dengan pelaku usaha untuk menjual dengan harga eceran tertinggi Rp12.500 pada Februari 2017. Pemerintah tengah intensif melakukan pembicaraan dengan berbagai pelaku usaha untuk mengendalikan harga, khususnya bahan pokok penting.

Selain daging tersebut, Enggartiasto juga memantau pasokan dan harga cabai, beras, dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Untuk cabai rawit merah, pemerintah menggunakan instrumen Perum Bulog untuk melakukan operasi pasar dengan harga Rp65.000 per kilogram.

"Operasi pasar Perum Bulog dan Perusahaan Perdagangan Indonesia sudah mulai masuk ke pasar konsumen, itu dikirim dari daerah yang suplainya cukup ke daerah yang membutuhkan," kata Enggartiasto.

Tercatat sejak ditugaskan oleh Kementerian Perdagangan, pasokan yang didatangkan oleh Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero dari Sulawesi kurang lebih mencapai lima ton. Distribusi cabai itu difokuskan pada wilayah yang mengalami harga tinggi seperti Kalimantan, Jawa dan Bali.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Yasid Taufik mengatakan bahwa produksi cabai sejauh ini tidak ada masalah, khususnya untuk cabai rawit merah. Naiknya harga cabai rawit merah tersebut diakibatkan kurangnya pasokan ke pasar induk.

"Pasokan di Pasar Induk Kramat Jati pada kondisi normal sekitar 70-100 ton per hari, turun menjadi 35 ton per hari. Akan tetapi, penurunan itu bukan disebabkan oleh permasalahan produksi," kata Yasid.

Yasid mengatakan bahwa curah hujan yang tinggi tidak mempengaruhi produksi. Kementerian Pertanian menuding bahwa anomali harga cabai rawit merah hanya berada di pasar-pasar konsumen. Sementara di tingkat petani, harga cabai rawit merah berkisar antara Rp40.000-Rp45.000 per kilogram.

"Anomali harga hanya berada di ujung, yaitu di pasar. Komoditas pertanian ini memang terjadi gonjang-ganjing karena masalah di ujung (pasar) yang tidak dikendalikan," kata Yasid.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, rata-rata produksi cabai merah besar 1,29 juta ton, sementara kebutuhan kurang lebih 900 ribu ton per tahun. Untuk cabai rawit, produksi sebanyak 950 ribu ton dan menyatakan bahwa produksi mengalami surplu

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017