Nairobi (ANTARA News) - Otoritas Kenya dan Rwanda, Rabu (18/1), mengatakan, mereka melarang produk-produk unggas dari negara tetangga Uganda, tempat mewabahnya virus flu burung strain H5.

"Pemerintah melarang impor unggas dan produk unggas dari Uganda dengan segera,” ujar Menteri Pertanian Kenya Willy Bett dalam sebuah konferensi pers.

Langkah dari Nairobi diambil dua hari setelah Rwanda juga memblokir impor unggas.

"Rwanda telah menerapkan langkah untuk mencegah penyakit tersebut. Kami sudah sementara waktu menghentikan impor produk-produk unggas," ujar Christine Kanyandekwe dari Kementerian Pertanian negara itu  pada Rabu.

Dia mengatakan bahwa Rwanda mengimpor 50.000 anak ayam dan 100 ton telur dari Uganda setiap bulan. Sementara laporan untuk Kenya belum tersedia.

Kementerian Pertanian Uganda pada Minggu mengumumkan telah mendeteksi flu burung di antara burung yang bermigrasi, dan telah menyebar ke burung peliharaan.

Di kedua area tempat terdeteksinya virus, sejumlah burung teruji positif terjangkit H5, yang dapat memengaruhi manusia dan hewan, serta dapat menyebabkan kematian dalam jumlah besar di kedua spesies,” ungkap kementerian.

Komisaris sementara Uganda yang bertanggung jawab atas kesehatan hewan, Dr Anna Ademun, mengatakan kepada AFP bahwa virus itu "dipastikan pada tingkat H5".

Uganda memiliki sekitar 40 juta ayam, menurut statistik pertanian.

Pada 2016, sebanyak 51 negara menyatakan terjangkit salah satu strain H5 dan H7 yang virulen, menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Termasuk di antaranya adalah H5N1, H5N2, H5N5, H5N6, H5N9, H7N1, H7N3, H7N7 and H7N8. (kn)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017