Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari seratusan orang berkumpul di depan Istana Merdeka mengenang para korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) sekaligus memperingati 10 tahun Aksi Kamisan yang sudah digelar sebanyak 477 kali sejak 18 Februari 2007.

Aksi diam mematung di depan Istana Merdeka mengenakan payung hitam sebagai simbol duka lara, perlindungan dan keteguhan hati kali ini dimulai satu jam lebih awal untuk mendengarkan testimoni dari para tokoh dan keluarga korban pelanggaran HAM.

"Selama 10 tahun kami berdiri di sini...Kami bersama-sama terus melawan karena cinta, karena kami tidak mau anak-anak kami ketika bicara kebenaran kemudian ditembak," kata Suciwati Munir pada acara Kamisan tersebut.

Ia menambahkan, "Kami tak mau ada lagi yang seperti Munir, Wawan, Wiji Thukul, yang tidak jelas di mana mereka berada. Kita harus terus melakukan perlawanan. Kita harus terus melawan dengan cinta kasih." 

Ignatius Sandyawan Sumardi, salah satu inisiator Tim Gabungan Pencari Fakta Kerusuhan Mei 98, berharap Presiden Joko Widodo bisa mengambil langkah untuk menuntaskan kasus-kasus HAM di Indonesia.

Ia mengatakan semangat keluarga korban untuk mencari keadilan tidak akan pernah surut karena rasa duka mereka adalah semangat untuk terus berjuang.

"Kenangan melihat anak keluarga korban, itu membuka kembali luka. Tapi dari pengalaman mendampingi, saya menyadari tumpukan luka menjadi energi yang luar biasa," kata Sandyawan.

Maria Katarina Sumarsih, Ibunda Bernardinus Realino Norma Irawan (Wawan, mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta yang tewas pada peristiwa Semanggi I) juga menghaturkan terima kasih kepada pemuda-pemudi yang melanjutkan Kamisan secara terus-menerus.

Aksi Kamisan ke-477 dimulai pada pukul 15.30 WIB dan dihadiri sejumlah tokoh seperti Koordinator KontraS Haris Azhar, Melanie Subono, Jaya Suprana dan para keluarga korban.

Selain aksi bungkam, aksi tersebut juga diselingi hiburan musik dari grup band simfoni dan pameran foto menggunakan kaleng kerupuk.

Pewarta: Alviansyah
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017