Jakarta (ANTARA News) - Komisi I DPR memanggil Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dan Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan dalam Rapat Dengar Pendapat pada Kamis (26/1).

Salah satu poin yang dibahas adalah mengenai tuduhan penyelundupan senjata di Sudan yang diduga melibatkan pasukan perdamaian Indonesia, kata Wakil Ketua Komisi I DPR Asril Tanjung.

"Isu terkini yang menonjol adalah kejadian di Sudan. Komisi I DPR akan mempertanyakan itu karena berkaitan dengan tugas Menhan, Panglima TNI, dan BIN," kata Asril Tandjung di Gedung Nusantara II, Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan anggota TNI dan Polri yang tergabung dalam UNAMID sudah mau pulang, namun saat pemeriksaan barang-barang ditemukan senjata jenis AK-47.

Menurut dia, senjata jenis itu bukan buatan Indonesia sehingga dirinya yakin pasukan perdamaian Indonesia tidak melakukan penyelundupan senjata.

"Seolah-olah anggota kita dituduh menyelundupkan senjata. Kalau saya lihat senjatanya banyak AK-47, itu bukan buatan Indonesia berarti bukan milik kita," ujarnya.

Asril mengatakan Indonesia termasuk negara terbanyak yang mengirim kontingen pasukan perdamaian PBB dan selama ini tidak ada masalah terkait senjata.

Menurut pengalamannya sebagai ketua kontingen pasukan perdamaian Indonesia untuk Kamboja pada 1993, seluruh peralatan persenjataan dimasukkan dalam peti kemas atau dibawa terpisah dari prajurit.

"Persenjataan dipisahkan dari orang pemegangnya. Pasukan naik pesawat tidak menggunakan senjata sesuai ketentuan PBB," katanya.

Dia mengatakan Komisi I DPR akan memperdalam informasi terkait penyelundupan itu kepada Menhan, Panglima TNI, dan Kepala BIN dalam RDP pada Senin (26/1).

Selain itu, menurut dia, dalam RDP itu juga dibahas evaluasi penggunaan anggaran tahun 2016 di ketiga institusi itu, evaluasi program 2016, dan rencana kerja 2017.

Sebelumnya, ramai diberitakan bahwa Pemerintah di Darfur Utara menyebutkan pasukan Indonesia yang tergabung dalam misi menjaga perdamaian campuran di Darfur (UNAMID) ditangkap pada Jumat (20/1) waktu setempat di bandara Al Fashir, Sudan.

Mereka mencoba menyelundupkan senjata dan amunisi yang disamarkan, seperti mineral berharga.

Informasi dari the Sudanese Media Centre menyebutkan berbagai senjata dan amunisi yang diselundupkan meliputi 29 senapan Kalashnikov, 4 senapan, 6 senapan GM3 dan 61 berbagai jenis pistol, dan juga berbagai amunisi dalam jumlah besar.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017