Berlin (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, Minggu, menyatakan, pertemuannya dengan pejabat tinggi Amerika Serikat meyakinkannya akan tekad AS bagi Eropa bersatu dan persekutuan NATO.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan NATO "usang" sebelum menjabat dan menyarankan negara lain anggota Uni Eropa mengikuti jejak Inggris keluar dari Uni Eropa, yang ia sebut "kendaraan untuk Jerman".

"Kami semua gelisah dengan berbagai pernyataan pemerintahan baru Amerik Serikat," kata Gabriel, yang bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, pada pekan lalu, kepada televisi Jerman, ARD.

"Baik Wakil Presiden Amerika Serikat Pence dan timpalannya, Tillerson, menyampaikan dengan jelas dalam pembicaraan itu bahwa mereka memiliki minat kuat dalam bentuk Eropa bersatu dan mendukung kemitraan lintas Atlantik di NATO," kata Gabriel.

Ia menambahkan, itu "relatif serupa dengan yang kita dengar sebelumnya".

Gabriel, yang berusaha untuk mendorong hubungan kerja sama dengan pemerintahan baru Amerika Serikat dalam perjalanannya ke Washington dan New York, mendesak anggota parlemen Jerman dan pejabat Eropa untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat "untuk menstabilkan kontak tersebut".

Kanselir Jerman, Angela Merkel, adalah sekutu Eropa untuk mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, yang memuji dia sebagai "mitra luar biasa". Tetapi di bawah kepemimpinan Trump, hubungan memburuk dengan cepat.

Pemerintahan Merkel telah membuat tawaran bagi tim Trump untuk kunjungnnya ke Amerika Serikat pada musim semi dalam kapasitasnya sebagai ketua kelompok ekonomi terkemuka G20, kata sumber pemerintah.

Trump menerima undangan untuk ke Pertemuan Puncak G20, tempat Merkel akan menjadi tuan rumah di Hamburg pada awal Juli.

Sementara itu, terkait Rusia, Gabriel mengatakan, "Saya pikir kami semua harus berharap pada tercipta perjanjian antara Rusia dan Amerika Serikat, bukan sesuatu yang merugikan Ukraina atau Eropa, tapi jika ada maka itu yang meredakan ketegangan antara dua kekuatan dunia ini, maka itu bagus."

Sebelumnya, Merkel pada akhir Januari mengecam keputusan Amerika Serikat untuk melarang-masuk warga negara dari tujuh negara dengan mayoritas warga adalah Muslim sebagai tindakan bias anti-Muslim.

Upaya anti-terorisme tak boleh membenarkan kecurigaan umum terhadap satu kelompok orang tertentu, kata Merkel dalam satu taklimat sebelum pembicaraannya dengan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, yang sedang berkunjung ke Jerman.

Merkel mengatakan, Jerman akan berbuat sekuat mungkin untuk mengetahui bagaimana orang dengan dua kewarganegaraan Jerman dan tujuh negara yang terdaftar akan terpengaruh secara hukum akibat larangan perjalanan itu.

Berdasarkan atas, keputusan presiden, yang ditandatangani Trump, pengungsi dari seluruh dunia akan ditangguhkan memasuki Amerika Serikat selama 120 hari sementara semua migran dari apa yang disebut "negara dengan keprihatinan terorisme" akan ditangguhkan selama 90 hari.

Negara yang termasuk di dalam larangan itu adalah Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman. Semua warga dari ketujuh negara tersebut berjumlah lebih dari 130 juta.

Pelarangan tersebut menyulut kekacauan di semua bandar udara internasional Amerika Serikat dan unjuk rasa berlanjut di seluruh dunia selama beberapa hari belakangan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017