Jakarta (ANTARA News) - Ketergantungan terhadap tenaga warga negara asing dalam rangka pembudidayaan mutiara asli Indonesia di berbagai daerah perlu dikurangi guna meningkatkan potensi sumber daya manusia Republik Indonesia dalam budidaya mutiara.

"Di asosiasi (perusahaan anggota) tidak semua menggunakan tenaga Indonesia karena ada yang menggunakan tenaga asing," kata Ketua Bidang Kerjasama Hubungam Antar Kelembagaan dan Luar Negeri Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Raditya Poernomo di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pada saat ini memang industri budidaya mutiara di Indonesia masih membutuhkan tenaga orang asing.

Penggunaan pihak asing tersebut, lanjutnya, antara lain dari manajemen budidaya, manajemen mutu dan kualitas, hingga jaringan pemasaran di tingkat internasional.

"Perusahaan besar biasanya menggunakan ekspat dari luar," katanya.

Sementara itu, praktisi budidaya mutiara Yustinus Mario Tenggara menyatakan, Indonesia sudah lama dikenal dengan produkis Mutiara Laut Selatan yang membuat banyak wanita di seluruh penjuru dunia "jatuh cinta" dengan kilaunya yang menawan.

Yustinus memaparkan, catatan paling tua yang terdata mengenai mutiara adalah pada tahun 1800-an, di mana para penyelam dan saudagar dari Eropa, Timur Tengah, Kerajaan Teluk Bengal, Siam, dan Dinasti Qing China.

Mereka semua, lanjutnya, beramai-ramai menuju daerah Maluku ketika itu untuk mencari komoditas mutiara yang merupakan harta karun terpendam di bumi nusantara.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengimbau masyarakat agar dapat membeli mutiara asli Indonesia yang keindahannya sudah terkenal sampai ke luar negeri dan terkenal dibanding produk lain seperti mutiara air tawar dari China.

"Beli mutiara Indonesia. Katanya mutiara Indonesia salah satu yang terbaik di dunia," kata Menteri Susi.

Menurut Susi, mutiara adalah salah satu jenis industri kelautan yang potensial untuk dikembangkan.

Untuk itu, ujar dia, dibutuhkan kolaborasi antar para pengusaha dengan pihak pemangku kepentingan terkait.

"Kita ingin lebih banyak perkawinan bisnis, agar tumbuh lebih banyak bisnis sektor kelautan dan perikanan," ungkap Susi.

(M040/J003)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017