Jakarta (ANTARA News) - "Tribute to Suhatman Imam" akan menjadi momen dimulainya turnamen sepak bola kolosal dengan peserta 162 kecamatan di Sumatera Barat yang bakal dibuka oleh Gubernur Irwan Prayitno di Stadion Haji Agus Salim Padang, Minggu (12/2).

Berdasarkan data yang diterima media di Jakarta, Jumat, Suhatman Imam merupakan salah satu tokoh sepak bola Indonesia kelahiran Koto Anau, Solok. Selama ini pria yang akrab dipanggil Pak Haji ini mendedikasikan hidupnya pada sepak bola.

Pria berusia 61 ini juga dikenal sebagai mentor yang hebat. Bahkan mampu melahirkan beberapa pelatih besar terutama yang berasal dari Sumatera Barat. Sebut saja Nil Maizal yang saat ini melatih Semen Padang, Jafri Sastra yang saat ini menukangi Mitra Kukar dan Indra Sjafri yang mengawal Timnas U-19.

"Selain menggelar "Tribute to Suhatman Imam", kami juga akan penghargaan Lifetime Achievement Award. Untuk bentuknya berupa sepatu emas," kata Ketua Panitia Pelaksana Minangkabau Cup 2017, Tria Suprajeni dalam keterangannya kepada media.

Suhatman Imam yang hingga saat ini mendedikasikan hidupnya untuk sepak bola mengawali karir sepak bolanya di tim PSP Padang pada 1975. Selanjutnya pemain ini mengikuti seleksi masuk Diklat Salatiga. Dan sinilah bakatnya dipantau pelatih timnas Indonesia.

Saat usia Suhatman Imam berusia 19 tahun, pria yang juga mendapatkan panggilan Uda Man ini dipanggil masuk timnas dibawah asuhan pelatih asal Belanda, Wiel Coerver yang saat itu ditunjuk ketua PSSI di era Bardosono.

"Dia pemain paling berbakat dengan kemampuan paling komplit yang pernah saya temui," kata Coerver yang kemudian menyebut Suhatman sebagai The Wonder Boy.

Mampu menembus timnas dalam usia muda membuat Suhatman Imam juga sering menjadi starter bersama pemain Indonesia yang telah mempunyai nama besar seperti Iswadi Idris, Anjas Asmara, Junaidi Abdillah, Suaeb Rizal, Ronny Patti, Ronny Pasla, Risdianto, Waskito, Johanis Auri, Oyong Lisa, Sutan Harhara hingga Nobon.

Suhatman juga menjadi urang awak pertama yang memperkuat timnas dan telah terbang ke Malaysia, Thailand, Singapura, Selandia Baru, Australia, Korea Selatan, Spanyol, Hungaria serta terbang ke pasifik diantaranya ke Kaledonia Baru.

Namun, cedera parah menjadikan Suhatman harus gantung sepatu sebelum masanya yaitu pada umur 22 tahun. Saat itu dia harus digotong ke luar lapangan saat menjadi kapten Indonesia di Kejuaraan Yunior Asia di Bangkok 1978. Cedera lutut menjadi momok bagi Suhatman.

Meski harus mengakhiri karir diusia muda, Suhatman tetap tidak melupakan sepak bola karena hijrah menjadi seorang pelatih. Beberapa tim besar telah ditukangi seperti PSP Padang, Semen Padang, Persebaya hingga melatih PSSI Primavera ke Genoa, Italia.

Pewarta: Bayu K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017