Bengalore, India (ANTARA News) - Pasar pesawat tempur multi peran sangat menjanjikan untuk diperebutkan, dan itu disadari benar oleh pabrikan pesawat tempur dunia. Di Aero India 2017 di Bengalore, India, pada 14-18 Februari 2017 ini, pabrikan pesawat tempur Swedia, Saab, hadirkan JAS39 Gripen C/D mereka dalam pameran dinamik dan statik.

Bertempat di Pangkalan Udara Yelahanka, Bengalore —kota di mana banyak fasilitas dan pendidikan Angkatan Udara India berada— Aero India 2017 diikuti sekitar 600 peserta dari dalam negeri anak benua itu dan manca negara. India menunjukkan benar-benar kemampuan dan niat keras mereka untuk bisa mandiri dalam penguasaan teknologi kedirgantaraan dan pertahanan mereka.

Menurut sumber di Kementerian Pertahanan India, Angkatan Udara India memerlukan sekitar 400 unit pesawat tempur baru dari berbagai kelas untuk memenuhi keperluan pertahanan mereka. India juga diketahui telah mampu membuat versi mereka akan Sukhoi Su-27 dan 30 Flanker yang dibuat secara lisensi oleh pabrikan mereka, HAL Industries.

Kali ini, di kelas pesawat tempur multi peran, Saab menawarkan JAS39 C/D Gripen C/D yang diterbangkan langsung dari kota kelahirannya, di Linkoping, Swedia. Tidak tanggung-tanggung, dua unit, yaitu JAS39 Gripen C dan JAS39 Gripen D diterbangkan dan unjuk kemampuan di gelaran kedirgantaraan internasional itu, sebagaimana disaksikan ANTARA News, Selasa.

Di dalam buku acara yang disusun panitia pelaksana, terdapat enam sortie pertunjukan dinamis JAS39 Gripen C dan D ini secara bergantian. Dalam pertunjukan dinamis perdana, JAS39 Gripen C meluncur deras dan lancar dari landas pacu Pangkalan Udara Yelahanka itu. Begitu berada pada kondisi airborne, manuver perdananya adalah terbang tegak lurus sambil berputar-putar pada sumbunya.

Dilihat dari konfigurasi yang diterapkan, tidak ada satupun peralatan tambahan yang ditempelkan pada pod-pod persenjataan dan instrumen lain. Artinya, benar-benar dalam kondisi standar di ruang udara yang disediakan panitia pelaksana pada hari perdana Aero India 2017 ini.

Saab memanfaatkan momen ini untuk menghadirkan sebagian dari kemampuan sesungguhnya JAS39 Gripen C/D; versi lebih awal dari JAS39 Gripen E/F yang lebih canggih, yang dalam waktu tidak lama lagi akan operasional dalam jajaran Angkatan Udara Kerajaan Swedia dan Angkatan Udara Brazil.

India merupakan negara yang disasar Saab di Asia Pasifik. Informasi beredar menyatakan, diharapkan paling tidak Angkatan Udara India memerlukan 38 unit JAS39 Gripen E/F ini dalam waktu dekat. Saat ini, negara di luar Swedia yang telah menandatangani kontrak pembelian dalam skema transfer teknologi dan pengembangan rancangan itu adalah Brazil.

Tanda tangan kontrak pembelian telah dilakukan sejak 2014 lalu dan efektif berlaku sejak musim panas 2015 untuk pembelian dan pembangunan 36 unit JAS39 Gripen E/F di Sao Paolo, Brazil, dengan nilai kontrak sebesar 4,5 miliar dolar Amerika Serikat. Nilai sebesar itu bukan melulu tentang pembelian 36 unit pesawat tempur bermesin tunggal multi peran itu.

“Melainkan juga pada aspek membangun SDM di bidang perawatan, rancang-bangun sistem-sistem, pabrik suku cadang, pengembangan datalink, sistem propulsi, sistem manajemen tempur, integrasi sistem, hingga ilmu material dan manajemen logistik terkait yang diperlukan," kata Wakil Presiden dan Kepala Komunikasi Saab, Robert Hewson, yang ditemui seusai pertunjukan terbang perdana JAS39 Gripen C/D yang diterbangkan pilot uji Saab.

"Kami memberikan teknologi-teknologi kunci kedirgantaraan pada Brazil sehingga mereka bisa mengembangkan sendiri pesawat tempur mereka pada masa depan. Jadi ini bukan cuma soal membeli pesawat terbang, namun membangun kemandirian di bidang kedirgantaraan militer pada masa  mendatang,” kata dia.

Saat ini, batch pertama dari tenaga ahli penerbangan mitra Saab untuk proyek pengadaan JAS39 Gripen E/F, Embraer SA, sudah kembali ke Brazil. Persiapan untuk batch kedua telah dilaksanakan dan mereka tengah menimba ilmu kedirgantaraan canggih di Linkoping.

JAS39 Gripen juga ditawarkan kepada Indonesia sebagai pengganti jajaran pesawat tempur Indonsia yang sudah mendekati masa purna bhaktinya, di antaranya adalah F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, di Madiun, Jawa Timur.

Tentang penawaran ini, Hewson menyatakan, "Kami tetap berusaha bahwa kesempatan ini pasti ada, seperti kami juga berusaha masuk Indonesia.”

Pada kasus India, kata dia, Angkatan Udara India telah menyebarkan surat minat kepada para pabrikan pesawat tempur dunia sekitar dua tahun lalu tentang niat negara yang terkenal dengan prinsip swadeshi-nya, untuk membangun jalur perakitan pesawat tempur di negara itu. Yang diminta adalah pesawat tempur bermesin tunggal.

Di sini, jika itu dijabarkan di lapangan dan dalam kenyataan, JAS39 Gripen E/F akan berhadapan dengan F-16 Viper (versi paling akhir dari F-16 Fighting Falcon) dari Lockheed Martin, yang mengambil basis F-16 Block 60/70. Saab telah menyatakan kesanggupannya untuk membantu mewujudkan impian India itu dan lebih jauh lagi, membantu lebih mengembangkan industri penerbangan setempat di India.

Sesaat sebelum wawancara dengan Hewson dan Wakil Presiden Asia Pasifik Saab, Anders Dahl, dilaksanakan, di luar hanggar yang diubah menjadi arena pameran, JAS39 Gripen C/D terbang rendah berkali-kali dengan suara gemuruh mesin tunggalnya.

Di antara manuver yang diperagakan adalah kemampuan terbang dalam kecepatan sangat rendah, hampir mendekati kecepatan stall (sekitar 110 knot per jam), pada ketinggian yang masih memungkinkan mata telanjang melihat helm pilot uji di dalam kokpit secara cukup jelas. Saat itu berlangsung, roda-roda pesawat tempur itu masih berada dalam rongga-rongga penyimpannya.

Seusai itu, loop besar dan terbang loop dalam kondisi terbalik pada sumbu diperagakan. Cuaca yang cerah pada temperatur udara permukaan tanah sekitar 28 derajad Celcius dan latar langit yang kebiruan membuat semua manuver pesawat tempur berkelir abu-abu itu menjadi lebih mudah diikuti.

Di darat, diperagakan model skala penuh JAS39 Gripen E/F yang secara kasat mata mudah dikenali dari versi JAS39 Gripen C/D dari tonjolan instrumen IRST (infra-red search and tracking system) di sisi kanan depan kanopi kokpit. Teknisi dan para perancang JAS39 Gripen E/F sibuk memberi penjelasan kepada para pejabat yang hadir dan duduk di dalam kokpit model pesawat tempur itu.

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017