Samarinda (ANTARA News) - Persatuan Angkat Berat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Kalimantan terus mengawal upaya pembelaan kepada lifter Kaltim Awang Latief Habir yang teridentifikasi menggunakan doping pada PON 2016 Jawa Barat.

Sektetaris PABBSI Kaltim Sugeng Mochdar ditemui di Samarinda, Jumat, mengatakan pihaknya sudah membayar untuk membuka sampel B, dan telah dibawa ke laboratoriom India untuk dilakukan uji ulang.

"Kami sudah membayar sekitar 300 dolar AS, atau setara Rp 4 juta rupiah untuk membuka sampel B, milik Awang Latief, dan saat ini telah dibawa ke India,"jelasnya.

Menurut Sugeng, uji sampel B ini sebagai upaya terakhir yang ditempuh PABBSI Kaltim untuk mengkaji ulang keputusan PB PON Jawa Barat kepada lifter Kaltim penyumbang emas di ajang olahraga empat tahunan.

"Dalam waktu 3 minggu atau sebulan sudah ada hasilnya, kalau sudah ada kami nanti akan diundang oleh Kemenpora untuk menyaksikan pembukaan sampel hasil pemeriksaan ulang dari laboratorium di India," katanya.

Langkah yang ditempuh oleh PABBSI ini dikatakan Sugeng, sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Ketua KONI Kaltim, Zuhdi Yahya.

"Upaya pembelaan ini kami tempuh karena memang atlet tidak merasa menggunakan doping saat berlaga di PON. Kami akan terus mendampingi Latif," imbuhnya.

Ia menegaskan hasil dari sampel B tersebut, pengprov berharap atlet bersangkutan masih tetap bisa bertanding untuk memperkuat Kaltim pada kejuaraan lain nantinya mengingat Awang Latif masih jadi andalan Benua Etam.

"Kami berharap apapun yang terjadi nantinya Awang Latif masih biasa memperkuat Kaltim," harapnya

Pada PON XIX/2016 lalu di Jawa Barat, Awang Latif Habir mempersembahkan medali emas untuk Kaltim.

Sesuai dengan aturan, atlet peraih medali usai bertanding harus melakukan tes doping dan jika atlet bersangkutan positif otomatis ada sanksi yang diberikan salah satunya medali yang telah diraih akan dicabut.

Hal ini yang terjadi pada Awang Latif karena namanya masuk dalam daftar atlet yang terindikasi doping.

Pewarta: Arumanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017