Jakarta (ANTARA News) - Sebagai penjaga dua kota suci, Mekah dan Madinah, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud adalah salah satu pemimpin paling berpengaruh di dunia.

Pria keturunan Wangsa Saud itu menjadi Raja Arab Saudi ketujuh setelah pendahulunya Raja Abdullah wafat pada 2015. Ia kemudian memimpin Arab Saudi yang selama ini menjadi poros Islam Sunni dan selalu dianggap memiliki iklim kebebasan beragama yang terbatas.

Namun kunjungan Raja Salman ke Indonesia dia justru membuktikan adanya corak keislaman yang berbeda kepada dunia.

Arab Saudi yang selama ini dikenal ortodoks ini justru menyajikan fakta lain seperti ditunjukkan Raja Salman di Indonesia.

Presiden Joko Widodo merasakan sendiri betapa kemesraan yang diberikan Raja Salman kepadanya adalah bentuk persahabatan erat antara sesama negara mayoritas muslim.

"Saya menuruni tangga Istana Bogor bersama Raja Salman bin Abdulaziz seusai penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipurna. Tanda kehormatan ini atas jasa Raja Salman yang luar biasa dalam membangun dan memelihara hubungan baik kedua negara," tulis Presiden Jokowi dalam akun Facebook resminya.

Di mata Jokowi, Raja Salman telah menunjukkan keislaman yang bersahabat tanpa memandang asal muasal manusia. Ia menggenggam erat tangan Presiden Jokowi, pemimpin sebuah negara yang begitu plural.

"Pada genggaman erat Raja Salman bin Abdulaziz terasa benar adanya kehangatan, kepercayaan dan kedekatan antara Kerajaan Arab Saudi dan Indonesia: hubungan antarbangsa yang telah melampaui berabad-abad masa," kata Presiden Jokowi.

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia juga membuka penilaian mengejutkan tentang Islam.

Raja yang lama menjabat gubernur Provinsi Ryadh itu bahkan tetap mau bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrimnya yang tertangkap kamera bersalaman dengan para menteri perempuan dalam Kabinet Kerja; Puan Maharani, Retno Marsudi, dan Nila Moeloek.

Putra mahkota selama tiga tahun itu 2012-2015 menunjukkan betapa Islam itu agama yang teduh, penuh persahabatan, dan jauh dari keinginan mencari konflik.

Ingin bersahabat

Di balik kunjungannya ke Indonesia, Raja Salman memanggul beragam misi namun itu tak membuatnya lupa untuk mengaguji sejarah bangsa Indonesia yang besar.

Ia pun berkali-kali meminta bertemu dengan cucu Bung Karno, untuk mengungkapkan rindunya bersahabat lebih dekat dengan Indonesia.

Setelah jamuan makan siang di Istana Kepresidenan Bogor, misalnya, raja berusia 81 tahun itu beharap kunjungannya dapat meningkatkan persahabatan kedua negara.

"Semoga kunjungan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan hubungan kedua negara kita di berbagai bidang, dan dapat mencapai harapan dan keinginan kedua bangsa kita yang bersahabat," kata Raja Salman.

Sang raja menunjukkan keberislamannya yang teduh yang sekaligus menunjukkan pada dunia tentang Islam yang moderat.

Dalam keluarganya misalnya, ada putri raja yang tidak mengenakan hijab yang umum dikenakan  perempuan Arab.

Salman yang pernah menjabat menteri pertahanan pada 2011 itu juga memberikan bantuan beasiswa kepada masyarakat Indonesia tanpa syarat agama.

Penerimaan pada pluralisme Raja Salman juga tampak dalam beberapa hal, di antaranya pada tulisan "God Bless You" disertai aksara Arab di atasya pada badan pesawat kerajaan, menjadi arti bahkan raja Arab Saudi pun punya toleransi besar bahkan untuk menggunakan Bahasa Inggris.

Apalagi GBU (god bless you) selama ini dikenal lebih banyak digunakan oleh kaum nasrani sebagai ucapan salam penutup mendoakan seseorang.

Islam moderat

Corak keberislaman yang baik menjadi menarik untuk dibahas dalam beberapa waktu terakhir saat Indonesia sedang terjebak dalam ancaman intoleransi beragama. Dan kunjungan Raja Salman telah  memberikan pemahaman tentang menjadi muslim moderat.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Islam moderat adalah Islam yang tetap menjalankan tauhid, namun toleran. Bahkan, Islam yang moderat harus mampu hidup berdampingan dengan damai bersama umat lain, tidak hanya di Indonesia namun juga belahan dunia.

"Islam yang moderat mempertahankan ketauhidan, namun tetap toleransi. Karena Indonesia begitu heterogen, beragam suku, agama dan budaya," kata Lukman.

Moderat sekaligus mengandung makna obyektif, tidak ekstrem, dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan berada di tengah atas sesuatu.

Pada praktiknya kemudian, Islam sebagai satu sistem ajaran dan nilai, sepanjang sejarahnya, memang tidak menafikan kemungkinan mengambil istilah-istilah asing untuk diadopsi menjadi istilah baru dalam khazanah keislaman.

Kunjungan Raja Salman pun sangat diharapkan untuk dimaknai sebagai pembuka khazanah dan pemahaman tentang Islam yang menjadi rahmat untuk kehidupan, untuk alam semesta.

Oleh Hanni Sofia Soepardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017