Agak aneh ada gerakan peduli Freeport. Bukannya lebih pantas jika ada yang peduli Papua akibat eksplorasi tambang Freeport? Kerusakan alam Papua itu tidak sebanding dengan apa yang diberikan Freeport."
Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Pemuda Ansor menilai gerakan solidaritas mendukung Freeport, seperti yang dilakukan Komunitas Gerakan Solidaritas Peduli Freeport yang akan menggelar aksi besar-besaran di Jakarta, sarat dengan kepentingan.

"Ini pasti demo yang digerakkan oleh kepentingan tertentu," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas di Jakarta, Jumat.

Yaqut mencium adanya keanehan terkait gerakan peduli Freeport. Terlebih, menurut dia eksplorasi yang dilakukan Freeport selama puluhan tahun tidak sebanding dengan apa yang diberikan perusahaan tambang itu kepada rakyat Papua maupun Pemerintah Indonesia.

"Agak aneh ada gerakan peduli Freeport. Bukannya lebih pantas jika ada yang peduli Papua akibat eksplorasi tambang Freeport? Kerusakan alam Papua itu tidak sebanding dengan apa yang diberikan Freeport," katanya.

Anggota Komisi VI DPR RI itu menegaskan bahwa pemecatan terhadap pegawai yang dilakukan Freeport merupakan upaya menekan Pemerintah sekaligus menunjukkan wajah asli kapitalisme korporasi asing yang hanya berorientasi memperoleh keuntungan di bumi Nusantara.

"Belum lagi adanya kesenjangan upah yang diterima oleh pekerja Freeport dengan komisaris utama Freeport di Amerika," katanya.

Komunitas Gerakan Solidaritas Peduli Freeport berencana melakukan unjuk rasa selama tiga hari berturut-turut di tiga lokasi, yakni di DPR RI pada Senin (6/3), Kementerian ESDM pada Selasa (7/3), dan di Istana Negara pada Rabu (8/3).

Pada pertengahan bulan Februari lalu, kelompok itu juga menggelar aksi di Papua. Dalam aksi tersebut mereka meminta agar pemerintah pusat memberikan izin ekspor konsentrat kepada PT Freeport Indonesia.

Menurut Yaqut sangat ironis jika demo itu digerakkan oleh Freeport karena sebagai perusahaan internasional raksasa, Freeport mestinya menyelesaikan sengketa bisnis di atas meja, bukan di jalan raya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017