Yogyakarta (ANTARA News) - Pertunjukan drama kolosal dari komunitas Djogdjakarta 1945 di halaman Benteng Vredeburg Yogyakarta menjadi acara pamungkas dalam rangkaian peringatan 68 tahun Serangan Oemoem 1 Maret.

"Ada 250 orang yang terlibat. Tidak hanya dari Yogyakarta saja, tetapi dari beberapa daerah lain seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, bahkan Banjarmasin, yang sengaja datang untuk mengikuti drama kolosal ini," kata Ketua Komunitas Djogdjakarta 1945 Eko Isdiyanto di Yogyakarta, Minggu.

Drama yang berlangsung selama sekitar 30 menit itu menceritakan garis besar perjuangan tentara Indonesia melawan Belanda untuk membuktikan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih berdiri.

Cerita dalam drama kolosal tersebut, menurut Eko, dia peroleh dari berbagai literatur dan informasi dari para veteran yang terlibat langsung dalam serangan enam jam pada 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

"Meskipun hanya berupa garis besar saja, tetapi kami berharap masyarakat memperoleh gambaran mengenai situasi yang terjadi karena peristiwa tersebut memiliki makna sangat penting bagi kemerdekaan Republik Indonesia," katanya.

Penyelenggaraan drama kolosal tentang Serangan Oemoem 1 Maret tersebut bukan yang pertama kali digelar. Pentas drama itu sejak 2014 rutin digelar untuk memperingati peristiwa tersebut.

"Yang membedakan, pada tahun ini kami mendatangkan panser dari Bandung. Panser intai tersebut pernah digunakan dalam pertempuran yang sebenarnya. Kami pun bekerja sama dengan Lanud Adisutjipto untuk pertunjukan fly pass atau pesawat yang terbang rendah saat drama berlangsung," kata Eko, yang melakukan persiapan sekitar satu bulan untuk pertunjukan drama itu.

Ketua Paguyuban Wehrkreis III Yogyakarta Soedjono, selaku panitia peringatan Serangan Oemoem 1 Maret, mengatakan, peristiwa tersebut memiliki nilai penting.

"Semangat persatuan yang dulu dimiliki pejuang dapat diimplementasikan pada saat ini untuk mengatasi krisis multidimensi yang sedang dihadapi bangsa Indonesia," katanya.

Ia berharap peristiwa 1 Maret 1949 tidak hanya diperingati secara lokal di Yogyakarta tetapi bisa diperingati secara nasional.

Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan Kesejarahan Dinas Kebudayaan DIY Erlina Hidayati mengatakan akan memfasilitasi kegiatan untuk memperingati peristiwa bersejarah tersebut.

"Upaya lain yang kami lakukan untuk pembinaan sejarah adalah dengan membuat film sejarah yang sudah dibagikan ke sekolah dan komunitas-komunitas di masyarakat. Harapannya, sejarah tidak dilupakan," katanya.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017