Jakarta (ANTARA News) - Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA), yang digelar di Jakarta pada 5-7 Maret 2017, menyoroti pentingnya kerja sama untuk memerangi terorisme dan ekstrimisme di kancah regional dan global.

Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan pejabat tinggi (SOM) dalam KTT IORA Desra Percaya usai memimpin pertemuan tingkat pejabat tinggi IORA di Jakarta, Minggu mengatakan bahwa ancaman terorisme dan ekstrimisme menjadi salah satu tantangan bagi IORA.

Di dalam pertemuan tingkat pejabat tinggi IORA, para delegasi dari 21 negara anggota IORA sepakat mengusulkan kerja sama untuk memerangi terorisme dan kekerasan ekstrimisme.

"Kalau kita lihat kenapa IORA yang tadinya bicara mengenai ekonomi tiba-tiba bicara mengenai terorisme, hal ini kurang lebih untuk menunjukkan jika IORA responsif terhadap tantangan terkini yang dihadapi oleh negara-negara anggota IORA dan komunitas global," kata Desra, yang juga merupakan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI tersebut.

Terorisme merupakan salah satu dari kejahatan terorganisasi transnational yang menjadi tantangan bersama, kata Desra.

Indonesia dan sejumlah negara di sekitar Samudera Hindia pernah menjadi korban dari tindakan teror dan ekstrimisme.

"Tak hanya bicara soal menjadi korban tapi kita juga perlu mengantisipasi bagaimana ke depannya," kata Desra.

Sementara itu Sekretaris Jenderal IORA K.V. Bhagirat mengatakan jika ancaman terorisme dan ekstrimisme bisa ditanggulangi, maka negara -negara anggota akan bisa mengalihkan tenaganya untuk meningkatkan ekonomi mereka.

Penyelenggaraan IORA Summit 2017 kali ini bertema "Strengthening Maritime Cooperation for Peaceful, Stable, and Prosperous Indian Ocean" (Memperkuat Kerja Sama Maritim untuk Kawasan Samudera Hindia yang Damai, Stabil, dan Makmur).

Saat ini, IORA beranggotakan 21 negara yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Persatuan Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand dan Yaman.

Selain itu, IORA juga menggandeng tujuh negara mitra dialog, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Prancis dan China. Terdapat juga dua organisasi peninjau di IORA, yaitu "Indian Ocean Tourism Organization" (IOTO) dan "Indian Ocean Research Group" (IORG).


VVIP

Rangkaian Pertemuan IORA didahului pertemuan tingkat pejabat tinggi pada 5 Maret, pertemuan tingkat menteri pada 6 Maret dan pertemuan tingkat tinggi atau KTT pada 7 Maret.

Sebanyak 16 VVIP, yaitu tingkat kepala negara atau kepala pemerintahan seperti presiden, wakil presiden, atau perdana menteri, dipastikan akan hadir dalam KTT IORA tahun ini.

KTT IORA 2017 yang baru pertama kali dilaksanakan setelah 20 tahun berdirinya organisasi tersebut diharapkan akan menghasilkan empat dokumen kesepakatan.

Dalam pertemuan tingkat menteri IORA akan disepakati Rencana Aksi IORA, yang berisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh seluruh negara anggota IORA selama empat tahun ke depan, salah satunya terkait isu pemberdayaan ekonomi perempuan (women economic empowerment).

Selain itu, para menteri IORA juga akan menyepakati Deklarasi tentang Pencegahan dan Pemberantasan Terorisme dan Ekstremisme dengan Kekerasan.

Dalam pertemuan tingkat tinggi atau KTT IORA, para kepala negara dan kepala pemerintahan negara IORA akan menandatangani Jakarta Concord.

Sementara itu, dalam pertemuan bisnis IORA akan disampaikan Deklarasi untuk Aksi Konkret Kegiatan Ekonomi Negara Anggota IORA di masa depan.

(A059/A011)

Pewarta: Aditya E.S. Wicaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017