Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memfasilitasi pemasaran berbagai produk unggulan dari industri kecil dan menengah (IKM) Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain batik, kerajinan, makanan olahan, mainan, serta fashion dan aksesorinya, untuk meningkatkan gairah pelaku IKM nasional agar semakin produktif dan berdaya saing sekaligus memperluas akses pasar.

“Pemberdayaan dan pengembangan potensi IKM merupakan salah satu program prioritas Kemenperin,” kata Dirjen IKM Gati Wibawaningsih seusai meresmikan pembukaan Pameran Kerajinan Jogja Istimewa yang diikuti 50 perajin IKM binaan Dekranasda D.I. Yogyakarta, di Jakarta, Selasa.

Menurut Gati, melalui keterangan tertulisnya, Yogyakarta merupakan kota yang penuh dengan beragam bentuk budaya baik yang bersifat tangible (fisik) maupun intangible (non fisik).

“Kondisi budaya fisik meliputi kawasan cagar budaya dan keberadaan museum bersejarah, sedangkan kondisi budaya non fisik meliputi bidang kesenian, adat dan tradisi, bahasa daerah serta budaya itu sendiri,” jelasnya.

Untuk itu, Gati berharap, pelaku IKM Jogja agar terus melestarikan produk berbasis kearifan lokal karena dapat menjadi indentitas dan perekat bangsa.

“Kita perlu mempertahankan kearifan lokal, termasuk kearifan budaya leluhur sehingga pada gilirannya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah karena sebagian besar pelaku industri yang berbasis pada budaya adalah IKM,” paparnya.

Gati mengungkapkan, batik sebagai salah satu produk unggulan sekaligus komoditas ekspor utama IKM Jogja dengan kekayaan corak batik yang dimilikinya.

“Misalnya, pameran tentang batik saja, yang digelar di Kemenperin, nilai penjualannya bisa mencapai Rp 1,5-2 miliar,” ujarnya. 

Selain itu, pameran yang diselenggarakan selama empat hari mulai tanggal 7-10 Maret 2017 ini juga menampilkan produk unggulan lain, di antaranya kerajinan kayu dari Bantul, kerajinan kulit dari Sleman dan kerajinan perak dari Kotagede. Sedangkan, untuk kuliner, IKM Jogja memiliki banyak makanan khas seperti gudeg, bakpia, serta jadah tempe.

Asisten Keistimewaan Sekda D.I. Yogyakarta, Didik Purwadi mengatakan, sektor kerajinan merupakan bidang usaha yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat D.I. Yogyakarta untuk golongan usaha mikro, kecil dan menengah.

“Sektor ini mampu menjadi jaringan pengaman perekonomian keluarga yang diawali dengan mengandalkan tenaga kerja keluarga sebagai usaha rumah tangga dan berkembang menjadi industri,” tuturnya. 

Di samping itu, Didi menyampaikan, dua tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 18 Oktober 2015, D.I. Yogyakarta telah dinobatkan oleh Lembaga Kerajinan Dunia (World Craft Council) sebagai “Yogyakarta World Batik City” melalui tahap pengujian dan penilaian sesuai standar yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, pameran ini diharapkan menjadi kesempatan untuk menyosialisasikan "Jogja Kota Batik Dunia" kepada masyarakat luas. 

“Bahwa di Jogja tidak hanya sebagai tempat untuk membeli batik, tetapi juga menjadi lokasi belajar dan memahami lebih dalam tentang batik, baik itu teknik membatik, sejarah batik, pelestarian batik, seni membatik bahkan sampai filosofi batik dari proses, motifnya hingga prospek batik sebagai salah satu komoditas ekonomi di masa yang akan datang,” paparnya.

Embrio e-smart

Pada kesempatan tersebut, Gati juga mengungkapkan, selain melakukan pembinaan IKM secara konvensional melalui fasilitasi pelatihan serta pemberian bantuan alat dan permesinan, pihaknya juga tengah memperkenalkan IKM dengan sarana digital yang mampu mempromosikan produk lebih luas, namun dengan biaya minimal. 

“Upaya ini dilakukan agar IKM tidak hanya selesai di sektor produksinya saja, tetapi produk dan profilnya dapat lebih dikenal oleh masyarakat. Keuntungannya, jika ada investor yang ingin mencari partner bisnis, IKM dapat menyambar kesempatan tersebut dan tentu saja menghindari perantara,” jelasnya.

Digitalisasi, menurut Gati, menguntungkan IKM yang dapat saling bertukar informasi dan mengembangkan usahanya bersama-sama. Semua bisa dikerjakan dengan lebih cepat, kerja sama dengan investor juga bisa diakses dengan cepat. Mencari modal usaha dari lembaga pembiayaan seperti perbankan penyalur KUR juga bisa dilayani dengan cepat.

Salah satu contoh pemanfataan digitalisasi adalah Jogja Plaza, yang merupakan embrio dari e-Smart, yang membina IKM di sentra dengan digitalisasi dan menuai prospek yang menjanjikan. Pembinanya, yakni Dinas Perindag Provinsi D.I. Yogyakarta dan menghadirkan konsultan teknologi informasi untuk mendidik IKM tentang pasar digital. 

“Jika pada 2011 penjualannya masih Rp90,3 juta, setelah dibina dengan digitalisasi pada 2016 naik signifikan menjadi Rp1,8 miliar,” ungkap Gati. Sejak Februari 2016, setiap hari terjadi transaksi di Jogja Plaza, dengan omzet rata-rata sebesar Rp32 juta per bulan.

Untuk itu, Gati menjelaskan, program e-smart IKM sebagai sarana virtual sentra IKM, mediator IKM dengan pasar e-commerce, database penyusunan kebijakan pengembangan, dan menjadi branding IKM.

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penggunaan e-Smart IKM, antara lain untuk memperluas akses pemasaran via internet (e-commerce), meningkatkan kesiapan produk IKM dalam e-commerce, mengurangi biaya promosi dan pemasaran IKM, mempermudah kendala pada rantai pasok IKM, serta sebagai jaminan kualitas dan kuantitas bagi marketplace. 

“Sehingga hal ini akan memberikan dampak signifikan bagi kemajuan dan pengembangan IKM yang akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif dan peningkatan kesejahteraan IKM di Indonesia,” pungkas Gati.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017