Pekanbaru (ANTARA News) - Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau mencatat bahwa dalam tiga bulan terakhir sejak Desember 2016 sedikitnya 134 ekor sapi Bali di daerah ini mati akbiat penyakit jembrana.

"Kematian sapi akibat jembrana ini merupakan kasus tertinggi terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir," kata Kadistanak Pekanbaru, El Syabrina, di Pekanbaru, Kamis.

Menurut El, tingginya kasus penyebaran penyakit jembrana ini antara lain karena banyaknya sapi asal daerah lain, yang terjangkit jembrana, masuk ke Pelanbaru.

Menurut El jika dibandingkan tahun lalu jumlah sapi Bali yang terjangkit jembrana di Pekanbaru meningkat ratusan persen.

"Tahun lalu hanya ada dua ekor yang mati karena jembrana, tidak sebanyak sekarang," katanya lagi.

Untuk mencegah kasus ini lebih meluas lagi, sambung El, Distanak setempat sudah menerbitkan edaran pelarangan perdagangan sapi Bali baik ke dalam maupun ke luar daerah Pekanbaru.

"Ini mencegah penyebarluasan penyakit sapi jembrana," tegas dia.

El menyebutkan larangan lewat edaran ini sudah disampaikan ke semua peternak di Pekanbaru baik mandiri maupun kelompok. Agar mereka waspada dengan menyebaran penyakit yang mematikan ini.

Ia mengindikasikan bahwa penularan jembrana ke Pekanbaru berasal dari daerah sekitarnya yang sudah terjangkit terlebih dahulu seperti Pelalawan atau Siak. Sapi yang sudah terjangkit dijual ke peternak di Pekanbaru dengan harga murah hingga menggiurkan.

Virus jembrana ini, kata El, tidak ubahnya dengan penyakit HIV pada manusia. Pasalnya, sama-sama menyerang sistem kekebalan tubuh, tapi ini pada hewan yakni sapi.

Sapi yang terserang virus jembrana akan mudah sakit dan gangguan pencernaan hingga mati.

"Untuk mencegah penyebaran virus agar tidak lebih luas lagi. Kita sudah memberikan vaksin kepada sapi," ucapnya pula.

Selain itu juga dilakukan sosialisasi bagaimana merawat dan menghindarkan sapi dari penyakit. Pembersihan kandang dan sebagainya.

"Pemberian vaksin virus jembrana ini secara gratis," katanya menambahkan.

Pewarta: Fazar Muhardi/Vera Lusiana
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017