Jakarta (ANTARA News) - Sejak Jumat (10/3) Stasiun Tanah Abang memiliki wajah baru, selain memperbaiki fasilitas pintu masuk dari sisi Utara, juga menambah jembatan penyeberangan orang (JPO) tak jauh dari pintu sisi Utara.

Uji coba JPO itu dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan penumpang dan hambatan yang harus diatasi terkait berubahnya cara perlintasan penumpang antar peron.

VP Komunikasi Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KJC) Eva Chairunisa mengatakan keberadaan JPO tersebut membantu memberikan keamanan penumpang dari kemungkinan tersambar rangkaian kereta saat berpindah antarperon.

Ia menjelaskan pengoperasian JPO itu sebagai salah satu bagian dari peningkatan pelayanan kepada penumpang pengguna KRL dan kereta api lain.

"Mulai Jumat, JPO antarperon yang dibangun di sisi utara Stasiun Tanah Abang mulai diuji coba untuk pengguna KRL berpindah antarperon," kata Eva.

JPO dengan panjang 60 meter dan lebar 6 meter tersebut dilengkapi dengan tiga tangga manual dan enam eskalator.

Pada sisi kanan dan kiri JPO dipasang kaca sehingga para pengguna jasa dapat memantau situasi sekitar stasiun maupun peron.

Dengan pengoperasian JPO itu, tidak ada lagi penumpang yang melintasi rel saat berpindah antarjalur.

Bersamaan dengan pengoperasian JPO, bangunan hall baru di sisi utara Stasiun Tanah Abang dengan pintu masuk utama yang dibuka melalui Jalan Jatibaru juga mulai difungsikan.

Hall baru tersebut dilengkapi dengan 15 pintu elektronik yang dapat digunakan keluar dan masuk Stasiun.

Dalam beberapa waktu mendatang, direncanakan area hall tersebut akan dilengkapi dengan alat pengisian dan penjualan kartu secara elektronik.

Perubahan itu memberikan dampak antara lain jalan menuju dan dari Tanah Abang menjadi lancar karena tak ada lagi angkutan kota yang "ngetem" demikian pula pengemudi ojek.

Antrean mereka kini berpindah ke jalan Jatibaru yang cenderung tidak banyak dilalui kendaraan karena bukan jalan utama.

JPO baru di Stasiun Tanah Abang juga sudah menggunakan lantai yang dapat dijadikan penunjuk bagi penyandang disabilitas tuna netra.

Jalur kuning yang memiliki permukaan garis-garis bisa menuntuk penyandang tuna netra untuk mengetahui arah ke luar stasiun atau menuju peron untuk menggunakan KRL.

Pengelola KRL juga selesai mengujicoba undakan jinjing yang memungkinkan pengguna kursi roda masuk ke rangkaian KRL tanpa kesulitan melewati celah antara peron dengan rangkaian kereta.

Selaian terobosan penggunaan undakan jinjing, layanan bagi penyandang disabilitas yang menggunakan KRL juga telah diwujudkan melalui informasi visual dan audio baik di stasiun maupun di dalam KRL.

Sejak 2016 kursi roda disiapkan di setiap stasiun KRL Jabodetabek, serta memasang fasilitas ramp dan gate manual di 21 stasiun KRL Jabodetabek.

Fasilitas ini dapat membantu penumpang dengan disabilitas selama berada di area stasiun.

Papan Informasi KRL (PIK) terpasang di 38 stasiun KRL Jabodetabek yang berisi informasi posisi KRL yang akan tiba di stasiun tersebut.

Penumpang dengan disabilitas khususnya tuna rungu dapat mengetahui informasi melalui informasi visual saat ini telah tersedia bagi pengguna dengan disabilitas di dalam KRL.

Layar yang ada di dalam rangkaian KRL, selain memuat informasi tentang berbagai hal bekerja sama dengan sebuah perusahaan media konsultan, juga memberikan informasi mengenai keadaan darurat, keamanan dalam mengendarai KRL dan hal-hal lainnya terkait kepentingan penumpang.

Pemasangan lantai khusus yang dapat dijadikan petunjuk arah bagi penyandang disabilitas tuna netra juga telah dilakukan di 35 stasiun yang melayani penumpang KRL.

Eva mengatakan, jumlah stasiun yang memiliki lantai khusus penunjuk arah itu akan terus ditambah dalam beberapa waktu mendatang.

Ia menambahkan peningkatan pelayanan penumpang, khususnya bagi penyandang disabilitas merupakan upaya untuk mendorong minat masyarakat menggunakan moda KRL dan memenuhi slogan ,"best choice for urban transport" yang dicanangkan oleh pengelola kereta itu.

Ketika perbaikan layanan dan fasilitas umum sudah ditingkatkan, juga harus diikuti dengan perbaikan kebiasaan dan etika penumpang.

Selain harus mulai membiasakan mengantre baik saat mennggunakan eskalator, menaiki tangga atau masuk ke pintu elektronik di stasiun, etika saat berada di dalam rangkaian kereta juga perlu diperhatikan.

Tak hanya harus memiliki pemahaman tidak boleh makan dan minum serta duduk di lantai saat berada di dalam rangkaian kereta, etika untuk tidak bercakap-cakap dengan keras serta memberikan kursi pada penumpang prioritas juga diperlukan.

Oleh Panca Hari Prabowo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017