Denpasar (ANTARA News) - Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama, Prof Drs I Ketut Widnya M.Phil PhD, mengajak perkumpulan "International Society for Krishna Consciousness" (Iskcon) untuk ikut menyumbang perdamaian dunia.

"Warga asrham agar menjadi pelopor untuk mewujudkan hal tersebut dengan mengedepankan satwika yang dimulai dari lingkungan keluarga dan sekitarnya," katanya ketika membuka kegiatan Vigraha Pratistha di Ashram Sri Sri Jaganath Gaurangga di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, agama itu mampu mendorong untuk menjadi seorang pelayan yang menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus mampu mewujudkan persatuan dari berbagai perbedaan yang ada.

"Upaya tersebut sebagai bentuk toleransi dalam menumbuhkan suasana dan situasi yang harmonis dan penuh kedamaian sehingga membawa peradaban manusia yang lebih baik," katanya.

Selain itu, agama juga mendorong untuk melakukan "japa", membaca kitab suci dan bergaul, sehingga mampu memberikan kebahagiaan dengan menyanyi dan menari. Agama juga mampu menimbulkan tersenyum bahagia.

"Dalam perkembangannya, umat Hindu memiliki ciri khas sendiri yang kental dengan budaya dan seni yang terkenal hingga ke mancanegara. Pelaksanaan agama yang menonjolkan seni dan budaya itu tidak menjadi persoalan, asalkan memahami hal tersebut sebagai karunia yang membahagiakan," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya akan terus secara berkelanjutan mendorong masyarakat Hindu untuk mampu meningkatkan pengetahuan agama melalui membaca kitab suci, baik Bhagavadgita maupun Sarasmuscaya, dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Upaya tersebut untuk membangun pondasi yang kokoh dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing, termasuk melakukan japa, yang cocok dalam menghadapi kehidupan sendirian yang jauh dari keluarga.

"Umat Hindu, khususnya para anggota Iskcon, tidak saja mempelajari sejarah yang ada, namun mampu membuat peninggalan yang baik sehingga mampu diwarikan kepada generasi mendatang yang dapat dijadikan sumber pembelajaran," ujar Prof Ketut Widnya.

Sementara itu, Pembina Iskcon Made Amir (Agastya Muni Das) menambahkan, kegiatan tersebut menjadi ajang yang tepat dalam meningkatkan pelayanan warga asrham dengan disthanakannya Sri Sri Gaura Nitai yang indah dibuat secara khusus dari India.

"Kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan sastra Veda, dimana mengajarkan bahwa nama, wujud, sifat dan kegiatan rohani Tuhan tidak berbeda dari Tuhan itu sendiri, karena itu arca sebagai perwujudan Tuhan dan Tuhan itu sendiri adalah sama, tidak berbeda," ujarnya.

Bagian yang terkenal dari proses pensthanaan Arca adalah "abhiseka" atau mandi. Tidak hanya menggunakan air, pendeta menggunakan pancamrta atau "lima nektar" antara lain susu, yogurt, "ghee", madu, dan air gula. Arca juga dimandikan dengan jus buah-buahan, air ramuan herbal, atau air dari saripati bunga.

(KR-GBI/I006)

Pewarta: Wayan Artaye dan Gembong Ismadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017