Tuban (ANTARA News) - Sekitar lima ratusan santri Ponpes Ass Salam di Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menggelar shalat ghaib setelah mendengar KH Hasyim Muzadi meninggal dunia, Kamis.

Seorang Ustadz Ponpes Ass Salam, Mudzakir (30), menjelaskan bahwa ratusan santri di pondok pesantren yang masih milik keluarga Hasyim Muzadi ini dilaksanakan pagi tadi pukul 10.00 WIB.

Sebelumnya, menurut dia, keluarga dekat KH Hasyim Muzadi di Desa Bangilan, di antaranya adik kandung Hasyim, Ny. Maftukhah, dengan tiga kendaraan bermotor berangkat ke Malang, meskipun sebelumnya dalam beberapa hari terakhir mereka terus menunggui Hasyim yang sedang sakit di Kota Apel.

"Bu Maftukhah baru kembali ke Bangilan sehari lalu. Keluarga yang ke Malang sekitar 20 orang, karena semua keluarga berkumpul di Ponpes Al Hikam Malang," jelas dia.

Menurut dia, malam ini usai shalat Isya belasan santri menggelar tahlilan di kediaman Ny. Maftukhah.

Sesuai rencana, kata dia, tahlilan di rumah induk tempat kediaman Ny. Maftukhah yang diikuti para santri Ponpes Ass Salam akan dilaksanakan selama sepekan.

"Kita menggelar tahlilan bersama santri Ponpes Ass Salam, sebab keluarga KH Hasyim Muzadi pagi tadi berangkat ke Malang," kata Mudzakir yang bertugas menjaga kediaman Ny. Maftukhah di Bangilan.

Terkait rombongan keluarga KH Hasyim Muzadi ke Malang, dibenarkan Ny. Maftukhah yang dihubungi Antara.

"Saya sekarang di Malang. Terima kasih atas perhatiannya bersedia datang ke Bangilan, Tuban," ucapnya.

Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Salafiyah di Desa Bangilan, Mukhlishin, menambahkan bahwa teman sebaya KH Hasyim Muzadi semasa sekolah di MI Salafiyah hanya tinggal KH Abdul Fatah.

Itu pun, lanjut dia, KH Abdul Fatah yang sekarang menjabat Takmir Masjid Al Falah lebih muda tiga tahun dibandingkan dengan KH Hasyim Muzadi.

"Teman sebayanya semasa sekolah di MI di Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, banyak yang sudah meninggal dunia," tambahnya.

Ia menambahkan MI Salafiyah didirikan oleh kakek KH Hasyim Muzadi pada 1945. "Ketika itu Bangilan sudah ramai, karena banyak warga keturunan," ucapnya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017