Washington (ANTARA News) - Badai musim dingin menghancurkan setengah dari bunga sakura Washington pada pekan ini, menghilangkan lautan merah muda dan putih, kata pejabat, Jumat.

Hamparan bunga tersebut biasanya menarik sekitar 1,5 juta wisatawan ke taman nasional ibu kota Amerika Serikat itu.

Kerusakan itu terjadi akibat badai musim dingin, yang muncul terlambat pada akhir masa suhu tinggi, yang mendorong banyak pohon sakura Yoshino hampir mekar penuh, kata Gay Vietzke, pengawas taman nasional tersebut.

"Kami bersiap jika akan ada lebih sedikit bunga mekar dari keadaan normal dan warnanya mungkin tidak secerah yang kita lihat pada tahun lalu," katanya pada jumpa pers.

Setengah dari jumlah sakura Yoshino, yang masih bertahan, diperkirakan mencapai puncak mekar pada sekitar 25-26 Maret, jauh lebih lambat dari perkiraan, kata juru bicara Taman Nasional Mike Litterst.

Sakura Yoshino merupakan 70 persen dari 3.700 pohon sakura yang tumbuh di sekitar saluran air kota dan taman di dekatnya.

Pohon sakura di sekitar saluran air pada Jumat kebanyakan tampak coklat kusam dan hijau, kontras dengan awan warna pastel dari bunga yang bermekaran yang telah menarik minat publik sejak Jepang memberi pohon itu kepada Washington pada tahun 1912 untuk menghormati persahabatan antara kedua negara.

Wisatawan yang berjalan di bawah pepohonan dan tepian salju mengungkapkan kekecewaan bahwa mereka akan kehilangan salah satu peristiwa terbesar Washington.

Grant Gillingham, seorang pensiunan pengawas kereta api asal Inggris, mengatakan bunga sakura telah menjadi salah satu alasan utama ia memutuskan untuk mengunjungi Washington.

"Tapi ini karena cuaca, apa lagi yang dapat Anda lakukan?" katanya, "Jika kita bisa mengendalikan cuaca, kita akan menjadi spesies yang sangat kuat."

Diana Mayhew, presiden dari Festival Nasional Sakura yang berlangsung empat pekan, kepada wartawan mengatakan acara akan berjalan seperti jadwal, dimulai dengan pembukaan area penyambutan dan pertunjukan pada Sabtu.

Tidak ada tanda bahwa pariwisata terpengaruh oleh cuaca tidak menentu, kata Mayhew. Demikian laporan Reuters.

(Uu.G003/B002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017