Jakarta (ANTARA News) - Temu Sastrawan Asia Tenggara di Sabah, Malaysia 2017 akan membicarakan isi 24 buku puisi Denny JA yang merupakan rasa prihatin atas situasi sosial yang ada lebih menyentuh jika disebarkan lewat puisi. Namun melalui puisi efeknya lebih personal dan lebih dalam.

Denny JA dalam siaran persnya di Jakarta, Sabtu, menyatakan merespon Temu Sastrawan Asia Tenggara di Sabah, Malaysia, 5 April 2017 akan dihadiri sekitar 250 peserta dari manca negara. Temu sastra itu khusus membahas 24 buku puisinya yang kental dengan isu sosial. Penyelenggara acara Badan Bahasa dan Sastra Sabah Malaysia.

Lima pembicara sudah menuliskan risetnya atas buku puisi Denny JA, yakni Jasni Matlani asal Malaysia, penerima penghargaan SEA Write Award 2015, Dr Phaosan Jehwae dosen sastrawan asal Thailand, Prof Dr Haji Brahim Bin Ampuan dosen sastra asal Brunei. Dari Indonesia sastrawan Jamal D Rahman, penerima Award Majelis Sastra Asia Tenggara 2016, dan Narudin Pituin kritikus sastra.

Makalah yang dibicarakan cukup serius dan sudah dibukukan bersama dengan makalah soal puisi Denny JA lain dalam buku berjudul Isu Sosial dalam Puisi: Temu Sastrawan Asia Tenggara soal 24 Buku Puisi Denny JA.

Denny JA menyatakan kaget dan gembira ketika diminta persetujuannya untuk membahas 24 buku puisi karangannya.

Denny mengaku belum sempat tatap muka dengan Jasni Matlani dari Malaysia yang merupakan penggagas dan ketua panitia temu sastrawan se-Asia Tenggara itu.

Denny menyatakan ruang publik saat ini memang terlalu banyak politik praktis dan kurang puisi. Akibatnya berita yang dominan di media umumnya soal petarungan kekuasaan atau skandal politisi. Politik semakin kurang puitis, kurang diwarnai gagasan.

Di samping akan terus memberitakan opini publik melalui survei, Denny juga akan terus menulis puisi ekpresi renungannya soal isu sosial dan berniat mengekspresikan puisinya dalam film layar lebar.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017