Jakarta (ANTARA News) - Kota Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia. Dari kota inilah nama "kapur barus", atau orang lebih mengenalnya dengan kamper, berasal dan tersohor sejak dahulu kala.

Kapur barus ini oleh masyarakat digunakan sebagai pengharum pakaian, pengusir rengat dan bahan pengawet non makanan. Sejak dulu, kapur barus menjadi komoditas perdagangan yang penting. Istilah kapur barus digunakan para pedagang dari India, Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk cairan yang dikeringkan hasil ekstraksi pohon kamper (Cinnamomum camphora).

Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Hendri Susanto Tobing mengatakan bahwa kapur barus yang ada di masyarakat sekarang ini merupakan tiruan (sintetis) dan aslinya berasal dari getah pohon yang umurnya beratus-ratus tahun yang ada di hutan.

Dia mengungkapkan bahwa Barus ini dulunya merupakan Bandar yang besar, sehingga banyak saudagar dari Timur Tengah masuk ke sini dan juga melakukan syiar agama.

Sekda Tapanuli Tengah ini mengungkapkan kedatangan saudagar Timur Tengah ini dapat dibuktikan dengan situs pemakaman Mahligai dan Papan Tinggi yang bertuliskan Arab Kuno (Persia) yang diperkirakan pada abad VII atau sekitar tahun 661 masehi.

"Mereka mencari kapur barus, kemenyan, lada ke sini dan juga menyebarkan agama," kata Hendri.

Hendri mengatakan kapur Barus asal Tapanuli Tengah ini terkenal dengan keharumanannya sehingga diburu dan mengakibatkan harganya relatif tinggi.

Eksplorasi yang berlebihan dari kapur barus ini mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi dari pohon yang berusia lama ini sehingga saat ini sangat jarang ditemukan di hutan sekitar Desa Barus.

"Itu pohon usianya sangat lama dan masyarakat sekitar penginnya menanam tanaman yang cepat menghasilkan, sehingga sekarang jarang ditemukan lagi," kata Pejabat Bupati Tapanuli Tengah Bukit Tambunan kepada wartawan di sela kunjungan Presiden Joko Widodo di Barus, Jumat (24/3).

Bukit Tambunan berjanji akan kembali membudidayakan tanaman penghasil kapur pengharum pakaian dan ruangan ini agar Kota Barus kembali mendunia.

Presiden Joko Widodo juga mengungkapkan berdasarkan sejarah, kapur barus dari Desa Barus ini terkenal hingga Mesir karena digunakan sebagai pengawet mumi-mumi Firaun.

"Saya pernah mendengar bahwa mumi-mumi yang ada di Mesir itu bisa awet karena diawetkan dengan kapur barus yang berasal dari sini," kata Jokowi saat meresmikan Tugu Nol Kilometer Peradaban Islam Nusantara, Jumat (24/3).

Presiden mengatakan bahwa sudah ratusan tahun hubungan Indonesia dan Timur Tengah telah terjalin sehingga wajar jika hubungannya hingga saat ini terjalin erat.

Wisata Religi
Presiden berjanji akan mengembangkan wilayah Barus ini menjadi wisata religi dengan adanya situs pemakaman Mahligai dan beberapa situs lainnya.

"Nanti tentu saja (dikembangkan). Tanyakan ke Pak Mendikbud, atau ke beliau yang ada di sini," ujar Presiden usai meninjau pemakaman Mahligai, Barus, Tapanuli Tengah, Jumat.

Pejabat Bupati Tapanuli Tengah mengatakan situs Mahligai dan Papan Tinggi yang menunjukkan penyebaran agama Islam pertama kali masuk Nusantara yakin bisa menarik wisatawan, terutama wisata religi.

Selain situs pemakaman Mahligai dan Papan tinggi, kata Bukit Tambunan, pihaknya juga akan membangun mercusuar di lokasi Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara yang baru diresmikan Presiden Jokowi.

"Mercusuar itu nantinya bisa melihat Pulau Mursala, Pulau Putri dan wilayah Tapanuli Tengah," kata Bukit Tambunan.

Dia mengungkapkan, Pulau Mursala yang memiliki luas 6.000 hektare ini memiliki air terjun, di mana airnya tawar walaupun di tengah laut.

Bukit Tambunan berharap pemerintah Pusat dapat mendukung rencana pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah ini dijadikan daerah tujuan wisata religi yang terintegrasi dengan wisata Danau Toba yang sudah mulai dikembangkan.

"Selain menikmati panorama Danau Toba, juga bisa menikmati wisata religi di Mahligai dan Papn Tinggi serta panorama pantai dan Pulau Mursala," harapnya.

Untuk itu, Bukit Tambunan berharap pemerintah pusat memperbaiki infrastruktur jalan yang menghubungkan Danau Toba dengan Kota Barus untuk ditingkatkan dari jalan provinsi menjadi jalan nasional.

Bukit Tambunan juga meminta Bandar Udara Pinang Sori diperluas terminal dan landasan pacunya menjadi 2.500 meter sehingga bisa didarati pesawat besar. 

Oleh Joko Susilo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017