Yogyakarta (ANTARA News) - Jika di dunia pewayangan Batara Kresna merupakan pemimpin bijaksana nan sakti dengan cakra sebagai senjatanya, maka Kereta Api Batara Kresna rute Purwosari-Wonogiri, Jawa Tengah, ini tidak kalah berwibawa dengan klakson kerasnya.

Bunyi klakson yang keras layaknya "senjata" itu sangat berwibawa bagi Batara Kresna untuk melintasi jalur ramai dari Solo hingga Wonogiri.

Mungkin itulah yang membuat PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta memberikan nama Batara Kresna untuk kereta rel diesel elektrik yang melayani rute Purwosari-Wonogiri pulang pergi.

Kereta dengan tiga rangkaian gerbong harus tampil berwibawa melintasi jalan utama di Kota Surakarta (Solo). Bahkan, di Jalan Slamet Riyadi, Batara Kresna harus berbagi lajur dengan mobil, sepeda motor, dan kendaraan lain yang melaju di sekelilingnya.

Tidak ada pembatas khusus antara rel dengan badan jalan utama yang digunakan untuk kendaraan sehingga harus ekstra hati-hati saat melintas.

Klakson dibunyikan untuk mengingatkan pengguna jalan agar berhati-hati melintas di sekitar rel kereta agar tidak terjadi kecelakaan.

Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta Eko Budiyanto mengatakan klakson harus selalu dibunyikan. Terkadang, ada kejadian yang tidak diinginkan selama kereta melintas di jalan raya utama, misalnya kendaraan menabrak kereta.

Salah satu kendala yang dihadapi untuk operasional Batara Kresna pada setiap hari Minggu karena Jalan Slamet Riyadi digunakan area "car free day". PT KAI membutuhkan bantuan Dinas Perhubungan Surakarta untuk mengatur jalan agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan.

Batas kecepatan kereta selama melintas di jalan raya utama dibatasi 10 hingga 20 kilometer per jam. Begitu pula kecepatan kereta saat melintas selepas wilayah Solo hingga Stasiun Wonogiri hanya 30 kilometer per jam.

Pembatasan kecepatan kereta dilakukan karena sebagian besar rute melintasi permukiman padat penduduk. Jarak antara rel kereta dengan rumah penduduk sangat sempit.

Bahkan tidak jarang ada ternak milik warga maupun jemuran yang berada terlalu dekat dengan rel kereta api. Oleh karena itu, kecepatan kereta dibatasi.

Akibat pembatasan kecepatan, perjalanan dari Purwosari hingga stasiun pemberhentian terakhir di Wonogiri yang berjarak sekitar 35 kilometer harus ditempuh satu jam 45 menit.

Meskipun memakan waktu cukup lama, penumpang kereta tidak bosan karena disuguhi pemandangan menarik hamparan sawah dan kebun yang menghijau.

Sejak dioperasikan satu tahun lalu, okupansi kereta perintis ini cukup bagus, khususnya saat akhir pekan karena bisa mencapai 100 persen. Namun, untuk hari biasa hanya mencapai sekitar 50 persen dari total kapasitas angkut 150 penumpang.

Baca juga: (Menhub luncurkan KA Batara Kresna di Solo)

Berwisata
"Sebagian besar penumpang memanfaatkan Batara Kresna untuk keperluan berwisata atau berjalan-jalan di Solo atau Wonogiri. Bahkan pada hari biasa banyak penumpang yang berwisata," kata Eko.

Harga tiket yang murah Rp4.000 per penumpang untuk satu kali perjalanan merupakan salah satu keunggulan Kereta Batara Kresna, termasuk ketepatan waktu keberangkatan.

PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta akan terus meningkatkan kualitas layanan untuk memenuhi kebutuhan warga Wonogiri dan Solo, terlebih Wonogiri memiliki banyak potensi yang perlu dukungan untuk berkembang. "Baik itu potensi wisata maupun sumber daya alamnya yaitu bahan tambang," katanya.

Saat ini kereta Batara Kresna melayani dua kali perjalanan pulang pergi antara Purwosari dan Wonogiri dengan keberangkatan paling pagi dari Purwosari pada pukul 06.00 WIB.

Namun demikian, jadwal perjalanan Batara Kresna akan diubah menjadi lebih pagi mulai 1 April 2017, yaitu diberangkatkan pukul 04.00 WIB dari Purwosari dan keberangkatan terakhir dari Wonogiri menuju Purwosari adalah pukul10.00 WIB.

Kereta berangkat sangat pagi dari Purwosari, maka dimungkinkan belum banyak penumpang yang naik, tetapi dari Wonogiri akan banyak penumpang yang naik karena bersamaan dengan jadwal masuk kantor.

PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta optimistis perubahan jadwal perjalanan kereta tersebut akan meningkatkan okupansi penumpang. Tentunya PT KAI akan terus mengevaluasi jadwal perjalanan kereta. Jika ada masukan, maka masyarakat bisa menyampaikannya, misalnya tambahan perjalanan untuk sore hari.

Salah satu penumpang asal Wonogiri, Rini mengatakan lebih memilih menggunakan Batara Kresna karena kondisi kereta yang nyaman dan bersih jika dibanding moda transportasi bus umum.

Kalau soal tarif kereta, katanya, dinilai lebih murah karena hanya Rp4.000. Tetapi dari stasiun ke rumah harus menggunakan kendaraan lain sehingga jika ditotal hampir sama seperti naik bus. Waktu tempuh perjalanan hampir sama jika menggunakan bus umum.

"Kami berharap jam perjalanan bisa ditambah. Jika saya pergi ke Solo pada Sabtu atau Minggu kereta sangat penuh. Banyak rombongan anak-anak TK atau SD yang sengaja naik kereta bolak-balik dari Solo ke Wonogiri," katanya.

Oleh Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017