Bogor (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memberikan apresiasi positif atas keajegan (konsistensi) Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar), sebagai salah satu kota yang dinilai konsisten dalam melakukan upaya pencegahan pemanasan global (global warming). Atas penilaian itulah, maka Walikota Bogor, Diani Budiarto, mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato resmi pada acara pertemuan Commision on Sustainable, International Climate Enviremental Invitiate (ICLEI) di Markas PBB New York, Amerika Serikat (AS), terkait upaya pencegahan pemanasan global, hari Kamis ini. "Dalam catatan badan dunia itu, Bogor adalah salah satu kota yang dinilai konsisten dalam melakukan upaya pencegahan pemanasan global. Oleh karenanya, Walikota Bogor Diani Budiarto diundang sekaligus menyampaikan pidato resmi di markas besar PBB, New York," kata jurubicara Pemkot Bogor, Yamin M Saleh kepada ANTARA di Bogor, Kamis pagi. Ia menjelaskan kehadiran walikota Bogo mewakili ratusan kota di dunia penandatangan Konvensi Kyoto, Jepang, yang kemudian mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato resmi pada acara ICLEI, yang agenda utamanya adalah upaya pencegahan pemanasan global. Dijelaskannya undangan resmi PBB dilayangkan kepada walikota Bogor, menyusul penilaian yang dilakukan beberapa waktu lalu terhadap kota ini. Apresiasi PBB diberikan karena Bogor dinilai sebagai salah satu kota yang peduli dalam mewujudnyatakan berbagai program hasil pertemuan Kyoto di lapangan. Yamin M Saleh mengemukakan bentuk-bentuk program tersebut, antara lain Kota Bogor sejak beberapa tahun lalu, secara ajeg dan rutin setiap tahun melakukan upaya meminimalisir pencemaran udara dalam bentuk uji emisi kendaraan bermotor, serta pengalihan model transportasi dari angkutan kota (Angkot) ke angkutan massal jenis bus. Ia menambahkan diundangnya Kota Bogor dalam Konferensi di Kyoto beberapa waktu lalu, maupun PBB saat ini, karena Kota Bogor sejak tahun 2001 telah tergabung dalam ICLEI, yakni organisasi dunia yang peduli kepada pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup, terutama soal pemanasan global atau perubahan cuaca, khususnya emisi gas buang. Walikota Bogor sendiri, sebelum menuju ke Markas Besar PBB di New York mengemukakan bahwa banyak yang bisa diperoleh dari hasil kunjungan ke Jepang menghadiri "Kyoto Conference On Climate" mengenai perubahan cuaca. Kalau melihat Kota lain di dunia, kata dia, ternyata masih banyak yang harus dilakukan untuk mengurangi emisi gas buang. Bahkan bukan hanya sekedar mengganti angkot dengan bus, teapi masih ada sarana-sarana lain yang perlu disikapi. Pada pertemuan itu, ia juga melaporkan bahwa secara kebijakan, Kota Bogor sudah melakukan penghematan air, penghematan tenaga listrik, penghematan dalam penggunaan pendingin ruangan (AS). "Namun, di forum itu kita baru mengetahui bahwa di negara lain seperti Jepang sudah lebih dulu melakukan hal seperti itu. Bahkan, Jepang sudah menghitung sampai tahun 2150," katanya. Ia juga mencontohkan, kalau di negara lain untuk mencuci kendaraan atau menyiram bunga bukan menggunakan air PDAM, namun ada tempat khusus penampungan air yang ditampung dari air hujan. "Itulah salah satu bentuk yang dilakukan mereka untuk menghemat air. Begitu pula dengan hemat energi kendaraan," katanya dan menambahkan bahwa di negara-negara Eropa seperti Belanda warganya sudah banyak beralih ke sepeda untuk mengurangi emisi gas buang. "Sayangnya di negara kita, ketika dikeluarkan kebijakan penghematan energi kenapa tidak beralih ke kendaraan yang hemat energi," katanya Kota Bogor sebenarnya sudah melakukan penghematan energi. Hanya saja belum menyeluruh dan belum ajeg dilaksanakan. "Rencana pengoperasian angkutan massal bus di Kota Bogor, merupakan salah satu langkah untuk mengurangi emisi gas buang itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007