Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (Permira) kota Saint Petersburg menyatakan bahwa sebanyak 95 mahasiswa Indonesia yang tersebar di delapan perguruan tinggi di kota itu dalam keadaan aman dan sehat menyusul aksi peledakan bom pada Senin (3/4) di kereta bawah tanah kota tersebut.

Para mahasiswa itu menempuh pendidikan di berbagai program studi mulai jenjang S1, S2 dan S3, demikian Ketua Permira Saint Petersburg Jeff Timothy Kalengkongan dan Sekretaris Resniko Neva dalam keterangan yang diperoleh Antara di Jakarta, Rabu dinihari.

Selain mahasiswa, sebanyak 24 Warga Negara Indonesia yang berada di kota itu juga dikabarkan dalam keadaan sehat dan aman, tambahnya.

Mereka berharap orangtua dan keluarganya yang berada di Indonesia untuk tetap tenang dan tidak perlu gelisah.

Perhimpunan itu menyampaikan terima kasih kepada Kedutaan Besar RI yang selalu menjalin komunikasi dan memberikan arahan-arahan kepada mahasiswa dan WNI.

Dikatakan, Permira menyatakan belasungkawa atas jatuhnya akibat aksi tersebut dan simpati kepada mereka yang menderita luka-luka dan saat ini menjalani perawatan medis.

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M. Wahid Supriyadi mengatakan kepada Antara pada Selasa dinihari WIB sejauh ini tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban ledakan di kereta bawah tanah kota Saint Petersburg.

"Kami telah kontak Permira Saint Petersburg dan Konsul Kehormatan di sana," kata Dubes Wahid.

Menurut dia, KBRI telah membuat surat edaran yang berisi imbauan agar WNI berhati-hati dan waspada.

Berdasarkan data KBRI, di seluruh Rusia ada sekitar 900 WNI, yang sebagian di antaranya tinggal di Moskow, ibu kota Rusia.


14 meninggal

Sumber-sumber Antara melaporkan sedikitnya 14 orang meninggal dalam peristiwa ledakan dan puluhan lagi terluka.

Komite Antiterorisme Nasional Rusia mengatakan ledakan tersebut terjadi pada kereta yang sedang melaju antarstasiun kereta metro bawah tanah.

Ledakan terjadi pada Senin pukul 14.40 waktu setempat yang merupakan jam sibuk.

Komisi Investigasi Rusia berdasarkan bukti DNA telah mengidentifikasi Akbarzhon Djalilov, kelahiran Kyrghistan dan dua tahun lalu memperoleh kewarganegaraan Rusia, sebagai pelaku bom bunuh diri.

Menurut media setempat, dia sebelumnya bekerja di rumah makan Jepang, Sushi bar, dan dikenal tidak terlalu taat dalam menjalankan keyakinannya walau akhir-akhir ini berubah bersimpati kepada kelompok radikal. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab serangan tersebut.

Akibat ledakan itu, lubang besar terbentuk di sisi gerbong kereta dengan serpihan logam berserakan di sepanjang peron. Penumpang terlihat memecahkan jendela pada salah satu gerbong tertutup.

Serangan terhadap ibu kota kerajaan tua Rusia itu menjadi lambang kekuatan bagi kelompok keras mana pun, terutama pemberontak Chechen dan ISIS, yang bertempur melawan pasukan Rusia di Suriah.

Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017