Jakarta (ANTARA News) - Pasar saham Asia, Kamis, menguat, terutama didukung membaiknya bursa Wall Street, setelah pertemuan bank sentral AS (The Fed) berakhir tanpa memberikan kejutan yang berarti terhadap pasar. Membaiknya pasar saham Asia juga didukung oleh saham industri elektronik, seperti Samsung Electronics setelah Texas Instruments dari Amerika Serikat yang merupakan perusahaan terbesar dunia pembuat chip untuk telepon mobil berhasil meningkatkan marjin labanya, kata Head of Dealing AT Jujuiya Securities, Masayoshi Okamoto, di Hongkong, Kamis. Saham-saham Korea Selatan yang menguat, antara lain Samsung Electronic menguat satu persen, perusahaan pembuat baja Posco naik 4 persen dan saham pembuat kapal Hyundai Heavy Industri naik 3,8 persen memicu indeks Kospi naik 0,7 persen. Indeks Nikkei Jepang juga mengalami kenaikan 0,12 persen, namun kenaikannya agak tertahan oleh merosotnya saham Toyota Motor sebesar 1 persen, menyusul saham AS di sektor tersebut yang dalam kuartal pertama laba usahanya turun. Namun indeks Sp/ASX 200, Australia merosot, karena tertekan oleh melemahnya saham Rio Tinto sebesar 1,15 persen, tuturnya. Ia mengatakan saham-Saham AS di bursa Hongkong melonjak setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat bunganya pada 5,25 persen, karena fokus The Fed adalah inflasi yang cenderung menguat. Karena itu, dolar AS menguat terhadap yen menjadi 120,18 dari 119,90 dan euro terhadap dolar AS jadi 1,3530. Pasar, menurut dia, saat ini juga sedang mengamati kegiatan Bank Sentral Jepang (BoJ) yang diperkirakan akan menaikkan suku bunganya dari 0,25 persen menjadi 0,50 persen. Hal ini dilakukan untuk memicu yen menguat terhadap dolar AS setelah terpuruk hingga berada di atas level 120 yen, katanya. Sementara itu, Bank Sentral Korea Selatan menetapkan suku bunganya stabil pada 4,5 persen, untuk mengamati inflasi. Korea Selatan yang merupakan negara yang pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga Asia masih khawatir dengan tingkat inflasi yang akan terjadi akhir-akhir ini, karena itu likuiditas pertumbuhan ekonomi saat ini diperhatikan, kata ekonom Korea Selatan, SK Sekurities Kim Jae-Eun. Ada kekhawatiran mengenai inflasi tinggi, karena itu diharapkan pertumbuhan ekonomi tahun ini agak berkurang, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007