Medan (ANTARA News) - Tradisi Ceng Beng dimakna sebagai kesempatan untuk menghormati leluhur dengan ziarah ke pemakaman bagi warga keturunan Tionghoa.

Tradisi ceng beng juga dilakukan sebagai ajang berkumpulnya keluarga terutama yang dari luar kota.

"Selain untuk untuk berziarah, Ceng Beng juga menjadi ajang berkumpulnya keluarga besar. Karena keluarga kami juga banyak yang dari kota lain datang untuk ziarah ," kata Supardi Liu (45) saat bersama keluarganya ziarah ke Pemakaman di Deli Tua, Deliserdang, Rabu.

Ia mengatakan satu tahun sekali warga melakukan tradisi ceng beng dengan tabur bunga dan memasang sesaji di pemakaman leluhur atau di pantai tempat larungan abu jasad keluarga yang telah meninggal dunia.

Selain melakukan sembahyang dengan menggunakan hio dan lilin merah, para peziarah juga membakar beberapa sesajen terbuat dari kertas digambari sebagai uang, pakaian, sepatu dan mainnya.

"Dengan datang ke pemakaman dan membersihkannya, serta memberikan beberapa sesaji merupakan wujud penghormatan kepada leluhur," katan warga Kota Medan itu.

Minah, salah seorang warga sekitar komplek pemakaman yang ditemui di lokasi mengatakan, peziarah ramai datang ke pemakaman dua pekan terakhir terutama pada hari libur dan Minggu, dengan membawa berbagai sesaji.

Pewarta: Juraidi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017