Ada baiknya kita tidak berandai-andai dan berprasangka, melampaui penyelidikan dari Kepolisian
Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI Setya Novanto menyatakan prihatin atas kejadian yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan yang menjadi korban penyiraman air keras ke wajahnya.

"Apapun motif di balik peristiwa dan musibah tersebut, saya memandang perilaku tidak beradab dan tindakan kriminal yang harus diusut tuntas," kata Setya Novanto melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Novanto menyatakan mengenal baik sosok Novel Baswedan yang memiliki integritas dan profesionalitas tinggi.

Sebagai penyidik, katanya, Novel Baswedan selama ini menjadi salah satu tulang punggung dan figur penting di balik kinerja KPK yang cukup membanggakan publik.

"Ada baiknya kita tidak berandai-andai dan berprasangka, melampaui penyelidikan dari Kepolisian," katanya.

(Baca juga: Setya Novanto dicegah keluar negeri)

Menurut Novanto, suatu hal yang tidak dapat dimungkiri, kejadian ini akan menambah kuat dukungan publik kepada lembaga anti-rasuah tersebut.

Sebagaimana harapan masyarakat, Novanto menyatakan mendukung penyelamatan KPK baik dari segi kelembagaan maupun dari segi personal.

"Mereka adalah harapan masyarakat pada upaya pemberantasan korupsi yang sedang digalakkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, serangan fisik yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan bukan hanya ditujukan kepada pribadi Novel maupun Institusi KPK, tapi serangan tersebut sebenarnya ditujukan kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang saat ini sedang berperang melawan korupsi.

Novanto berharap, kejadian ini tidak menyurutkan sedikitpun langkah KPK dalam menjalankan tugas, fungsi, dan kewenangannya melakukan pemberantasan korupsi.

"Saya yakin dan percaya, Novel Baswedan adalah figur yang kuat dan penuh dedikasi. Kejadian ini tidak akan mengendurkan sedikitpun langkah beliau dalam menjalankan tugasnya," katanya.

(Baca juga: Kronologi penyiraman air keras ke Novel Baswedan versi ketua RT)

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017