Jakarta (ANTARA News) - Pakar mengenai cokelat Nur Abduh mengatakan cokelat yang bagus seharusnya tidak membuat gemuk karena komposisinya yang tidak terlalu banyak susu dan gula sehingga rasa cokelat asli tidak hilang.

"Cokelat yang bagus itu komposisinya 32 persen mengandung kakao. Lebih banyak kakao dibandingkan bahan baku lain," ujar Nur di Jakarta, Selasa.

Namun, kata salah seorang ahli cokelat dari Gandum Kencana Mas (GMK), yang terjadi sekarang cokelat didominasi gula dan susu sehingga rasa manisnya sangat kuat. Hal itulah yang membuat kegemukan dan diabetes.

"Jadi yang bikin gemuk bukan coklatnya, tetapi bahan baku tambahan seperti gula dan susu. Untuk menghindari kegemukan dan diabetes, bisa mengonsumsi cokelat hitam dengan kadar kakao 70 persen dan gulanya sedikit," katanya.

Namun dia menambahkan bahwa tetap harus ditambahkan gula agar rasanya lebih enak.

Penyajian cokelat tidak hanya dimakan langsung, tapi juga bisa dibuat kue atau dicampur dengan buah.? Bisa juga untuk masker karena kandungan kakaonya tinggi.

"Biji kakao mengandung minyak seperti olive oil yang bisa melembutkan bahkan bisa untuk terapi body masker," cetus dia.

Sementara itu Manajer Komunikasi GMK Iman Setia Nugraha mengatakan Indonesia adalah salah satu produsen cokelat terbesar di dunia. Posisinya ketiga besar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Meskipun demikian, konsumsi cokelat di Indonesia justru lebih rendah dari negara lain.

"Masyarakat Indonesia mengonsumsi cokelat dalam hitungan gram per orang per tahun. Sedangkan Malaysia, per kilogram per orang per tahun," kata Iman.

Hal itu dikarenakan masyarakat Indonesia masih menganggap cokelat sebagai cemilan mahal. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi produsen cokelat Indonesia untuk menaklukkan hati konsumen dalam negeri.

(T.I025/N002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017