Moskow (ANTARA News) - Kepala keamanan Rusia pada Selasa (11/4) mengatakan semua orang yang ditahan terkait pengeboman di stasiun kereta bawah tanah Saint Petersburg berasal dari Asia Tengah dan mengimbau pengetatan pemeriksaan imigrasi.

Delapan orang yang ditahan di Moskow dan Saint Petersburg terkait pengeboman 3 April yang menewaskan 13 orang "semua berasal dari Asia Tengah," kata kepala dinas keamanan FSB Alexander Bortnikov sebagaimana dikutip kantor berita RIA Novosti.

Bortnikov, yang mengemukakan informasi itu di rapat Komisi Antiteror Nasional, tidak mengungkapkan kewarganegaraan para tersangka saat ini.

"Untuk mencegah upaya para petempur masuk ke Rusia" perlu diberlakukan "langkah-langkah pengamanan tambahan di perbatasan negara ... kepada mereka yang dicurigai ambil bagian dalam serangan teroris," kata kepala badan keamanan tersebut.

Penjaga perbatasan negara berada di bawah kendali FSB.

Komite Investigasi Rusia pekan lalu mengumumkan nama delapan tersangka, tapi tidak menyebutkan etnis mereka.

Tersangka pelaku serangan bom bunuh diri diketahui bernama Akbarjon Djalilov (22), yang diduga warga Rusia kelahiran negara Asia Tengah Kyrgyzstan.

Jutaan imigran dari negara-negara miskin bekas Soviet seperti Uzbekistan, Tajikistan dan Kirgistan datang ke Rusia untuk bekerja.

Inti dari "kelompok-kelompok teroris" di Rusia terdiri atas warga negara bekas Soviet yang tiba sebagai tenaga kerja asing menurut Bortnikov. Menurut dia, beberapa di antaranya dilatih dan bertempur di Suriah dan Irak.

Presiden Vladimir Putin berulang kali mengingatkan bahwa Rusia menghadapi ancaman dari petempur yang kembali dari Suriah.

Penyelidikan pengeboman di stasiun kereta Saint Petersburg menunjukkan kerja intelijen di lapangan tidak sepenuhnya menunjukkan hubungan serangan dengan ancaman organisasi teroris ilegal menurut Bortnikov.

Bortnikov mengaitkan serangan Saint Petersburg dengan kelompok ISIS, yang tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Ia mengutip informasi di mana "para pemimpin kelompok teroris aktif di Timur Tengah bagian dari ISIS merencanakan serangan teroris di beragam wilayah dunia, termasuk Rusia."

"Contohnya serangan-serangan yang baru-baru ini terjadi di Inggris, Rusia, Swedia, dan Mesir," kata Bortnikov sebagaimana disiarkan kantor berita AFP.(mr)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017