Cianjur (ANTARA News) - Sebuah bunga bangkai spesies Amarphophallus Tittanium (Becc) Arace yang ditanam di area I. C 99 Kebun Raya Cibodas (KRC) mengalami pemekaran bunga yang sungguh sangat luar biasa dan bisa dikatakan sebagai bunga bangkai tertinggi di dunia. Bunga bangkai yang diamati 10 orang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) KRC tersebut dapat memecahkan rekor sebagai bunga bangkai tertinggi didunia, jika saja spadik (tongkol) bunga tersebut tidak mengalami patah akibat hujan. "Jika pada 1 April 2003 silam ketinggian bunga ini mencapai 3,17 meter, maka bunga bangki spesies Amarphophallus Tittanium yang kali ini mekar, hanya mencapai ketinggian 3,12 meter," kata Staf Peneliti KRC, Zaenal Muttaqien, kepada ANTARA News, Jum`at. Dikatakannya, gejala pemekaran yang akan dialami bunga bangkai kali ini terlihat sejak tangal 27 Februari 2007 lalu. Sejak saat itu, katanya, perkembangannya terus dipantau. "Terus terang saja peristiwa ini sangat langka. Sejak pertama kali mengalami mekar 4 tahun silam, di KRC baru kali ini terjadi lagi pemekaran bunga bangkai seperti ini. Sebenarnya fase pemerkarannya sendiri berlangsung dalam beberapa jam saja," ucapnya. Zaenal menyebutkan, bunga bangkai akan bertahan paling lama sekitar tujuh hari sejak mengalami mekar. Menurut dia, setelah tujuh hari, bunga akan kembali menutup seperti sediakala. "Makanya, ini sebuah fenomena yang menarik dan jarang terjadi," ujarnya. Menurut dia spesies Amarphophallus Tittanium merupakan jenis tumbuhan monokotil (berbiji tunggal), sehingga spesies bunga bangkai jenis ini berbeda dengan bunga bangkai spesies Rafflessia Arnoldi. "Jenis ini hanya endemik tumbuh di kawasan hutan di Sumatera. Kami sengaja mendatangkan bunga bangkai jenis ini dari Jambi untuk ditanam di KRC," ucapnya. Ia mengatakan, saat ini ada sekitar kurang lebih 170 spesies bunga bangkai yang terdapat di dunia. Sebanyak 25 jenis diantaranya, tumbuh dan berkembang di Indonesia. "Ada dua jenis bunga bangkai yang tumbuh di KRC. Satu spesies lagi masih dalam tahap pembibitan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007