Bangkok (ANTARA News) - Kota Bangkok, Thailand, sudah menjadi salah satu tujuan pariwisata bagi mereka yang suka jalan-jalan. Tak hanya turis Asia, turis dari luar Asia juga tak sedikit yang menghabiskan liburan mereka ke ibu kota negeri Gajah Putih itu.

Selain berwisata keliling kota Bangkok untuk berbelanja, menikmati kuliner dan mengunjungi candi megah berlapis emas, melintasi batas negara Thailand untuk berwisata ke Kamboja menjadi alternatif memperpanjang masa liburan.

Siem Reap menjadi kota di Kamboja yang layak dikunjungi. Selain karena tidak terlalu jauh dari Bangkok, kota tersebut juga menyimpan warisan sejarah dunia yakni kompleks percandian Angkor Wat.

Untuk dapat jalan-jalan ke Siem Reap, Anda dapat menggunakan bus pemerintah yang dioperasikan oleh The Transport Co bernama Nattakan. Anda dapat memesan tiket bus secara online atau membelinya langsung di terminal bus Mo Chit, Bangkok.

Harga tiket 750 baht sekitar Rp300 ribu. Terdapat dua pilihan waktu pemberangkatan menuju Siem Reap, Kamboja, yaitu pukul 08.00 dan 09.00 waktu Bangkok (sama dengan WIB).


(Perjalanan menuju perbatasan Thailand dan Kamboja, Selasa (4/4/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia))

Perjalanan menuju perbatasan

Sesampainya di terminal Mo Chit Anda dapat menuju counter The Transport Co untuk menukarkan bukti pembelian tiket dengan tiket fisik. Untuk mempermudah, sebaiknya Anda membeli tiket secara online, mengingat bahasa sedikit menjadi kendala, sementara bukti pembelian tiket dapat menjadi alat bagi Anda untuk bertanya kepada petugas terminal.

Setelah menukarkan tiket, Anda dapat menuju ke ruang pemberangkatan. Bus Nattakan berada di pemberhentian nomor 160.

Anda akan merasakan hal berbeda saat hendak masuk ke dalam bus. Pasalnya, pintu bus berada di sebelah kanan, sementara setir kemudi berada di sebelah kiri. Bus tersebut merupakan bus Kamboja di mana negara tersebut menggunakan sistem lalu lintas yang berkebalikan dengan di Indonesia (kemudi di kiri).

Bus cukup nyaman dan tidak terlalu kecil, dua kursi di bagian kanan dan kiri. Saat Anda duduk, petugas akan menghampiri Anda untuk memberikan satu botol air mineral dan satu bungkus tas kertas berisi satu bungkus kue spon, satu kotak jus buah dan satu kaleng kopi berukuran kecil.

Di tengah perjalanan Anda akan melihat pemandangan yang tidak asing. Perjalanan menuju perbatasan Thailand - Kamboja melewati kota kecil pada dua jam pertama. Di kanan dan kiri jalan terdapat tidak sedikit tempat peristirahatan layaknya di jalan bebas hambatan seperti pom bensin, toilet dan pujasera. Ada pula gerai makanan cepat saji.

Perjalanan berlanjut dengan pemandangan hutan dengan pohon-pohon bertubuh langsing mirip pemandangan saat melintas kawasan Ngawi, Jawa Timur, menuju Klaten, Jawa Tengah, yang penuh dengan pohon jati. Kemudian, hamparan tanah dengan semak belukar.

Mendekati perbatasan, petugas bus memberi kertas formulir kedatangan/kepergian dari/ke Kamboja. Formulir tersebut digunakan untuk memasuki/meninggalkan Kamboja saat pemeriksaan paspor di kantor imigrasi.

Sekitar 5km dari perbatasan, bus berhenti di tempat peristirahatan yang sedikit mirip dengan pasar tradisional. Di situ, petugas lain membuatkan visa bagi para penumpang yang negaranya diwajibkan menggunakan visa untuk memasuki Kamboja dengan mengenakan biaya 1.000 baht atau sekitar Rp400 ribu.

Sebagai informasi, warga Indonesia tidak memerlukan visa untuk memasuki Kamboja karena tergabung dalam ASEAN.

Di tempat pemberhentian tersebut terdapat kantor cabang bus Nattakan yang mengurus administrasi penumpang untuk melintas perbatasan. Di situ pula, petugas bus mengambil makan siang, satu kotak nasi goreng udang untuk dibagikan kepada penumpang.


(Suasana memasuki negara Kamboja di perbatasan Thailand dan Kamboja, Selasa (4/4/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia))

Melintas batas

Sesampainya di perbatasan, penumpang diwajibkan turun dari bus untuk berjalan kaki ke kantor imigrasi Thailand. Anda akan disambut dengan kantor bangunan pemerintah Thailand yang megah, beratap mirip candi berwarna emas, khas candi-candi di Thailand.

Saat berjalan menuju kantor imigrasi Thailand, Anda akan menemukan sejumlah pedagang menawarkan makanan mulai buah-buahan, manisan hingga serangga untuk dimakan.

Papan-papan peringatan berwarna hijau tergantung di atas jalan menyerupai lorong, namun lebih lebar. Papan tersebut berisi peringatan bagi penumpang batasan jumlah untuk membawa alkohol, rokok, cerutu atau pun tembakau keluar dari Thailand.

Ruang pemeriksaan paspor berada di lantai dua. Ruangan tersebut luas, rapi dan bersih. Terdapat sejumlah kipas angin berukuran jumbo di bagian kanan dan kiri ruangan untuk menemani pengunjung yang mengantre pemeriksaan paspor.

Usai pemeriksaan paspor, berjalan sekitar 100 meter Anda akan disambut gerbang candi yang terbuat dari batu mirip candi-candi di kompleks percandian Angkor Wat, khas Kamboja. Bendera-bendera Kamboja di kiri jalan seakan mengucap selamat datang bagi para pengunjung yang memasuki wilayah negara Kamboja.

Setelah berjalan sekitar 200 meter Anda akan menemukan kantor imigrasi Kamboja. Tidak perlu menaiki tangga, karena ruang pemeriksaan paspor berada di depan kantor imigrasi. Ruangan tersebut jauh lebih kecil dibanding ruang pemeriksaan paspor sebelumnya (di Thailand) dengan hanya berisi dua loket petugas pemeriksa.

Di depan kantor imigrasi Kamboja tersebut bus Nattakan telah menunggu penumpang untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Siem Reap yang merupakan pintu gerbang wilayah Angkor Wat.

Memasuki negara Kamboja akan merasakan budaya yang berbeda. Perbedaan yang paling mencolok yang dapat Anda rasakan adalah bus berjalan di bagian kanan jalan. Ini berbeda dari Thailand, maupun Indonesia.

Sepanjang jalan menuju Siem Reap Anda akan ditemani hamparan tanah lapang dengan sedikit semak belukar. Senja juga menjadi teman perjalanan menuju Siem Reap.

Matahari sudah benar-benar tenggelam saat bus Nattakan sampai di kantor cabang Siem Reap. Pihak bus menawarkan tuk-tuk, kendaraan semacam bajaj khas Kamboja-Thailand, untuk melanjutkan perjalanan menuju penginapan.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017