Jakarta (ANTARA News) - Tujuh orang tahanan KPK kompak mengacungkan  tiga jari seusai memberikan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 19 Setiabudi yang berlokasi rumah tahanan (rutan) gedung KPK Jalan HR Rasuna Said kavling C-1 Jakarta.

Ketujuh orang tahanan KPK itu adalah karyawan PT Merial Esa Muhammad Adami Okta, mantan anggota DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi, "Country Director" PT EK Prima Ekspor (EKP) Indonesia Ramapanicker Rajamohanan Nair, dan Presiden Direktur PT FOX Indonesia Choel Mallarangeng.

Kemudian Direktur Utama PT Merial Esa Fahmi Darmawansyah, Direktur PT Mahkota Negara Marisi Matondang dan anggota Komisi V DPR dari fraksi PAN Andi Taufan Tiro yang kompak menunjukkan tiga jari saat berfoto usai mencoblos.

"Siapapun yang menang, yang penting damai-damai saja," kata Choel saat akan dibawa kembali ke rutan KPK di Detasemen Pomdam (Denpom) Jaya Guntur, Jakarta tempat mereka ditahan pada Rabu.

Selain mereka, satu orang tahanan KPK lain yang juga ikut memilih adalah mantan Hakim Konstitusi Patrialis Akbar yang ditahan di rutan KPK kavling C-1.

Tahanan pertama yang memberikan suara adalah Patrialis Akbar yang pada pada pilkada DKI Jakarta putaran pertama tidak menggunakan hak pilihnya. Patrialis tidak mengenakan rompi tahanan KPK warna oranye saat mencoblos.

"Saya hanya memilih satu di antara dua," kata Patrialis lalu melambaikan tangan dan kembali masuk ke rutan sehingga tidak ikut foto bersama dengan para tahanan dari rutan Guntur.

Selanjutnya adalah Direktur Utama PT Merial Esa Fahmi Darmawansyah yang menjadi terdakwa dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan monitoring satelit di Badan Keamanan Laut (Bakamla).

Saat memberikan suara ia mengenakan rompi oranye, tapi Fahmi tidak berkomentar mengenai paslon pilihannya.

Ketiga adalah terdakwa kasus dugaan korupsi proyek pembangunan, pengadaan, serta peningkatan sarana dan prasarana sekolah olahraga di Hambalang tahun 2010-2012 Andi Zoelkarnaen Mallarangeng alias Choel Mallarangeng yang sejak awal datang ke TPS konsisten menunjukkan tiga jari.

"Hatiku tidak mendua," kata Choel yang juga mengenakan rompi tahanan sambil tersenyum.

Keempat adalah tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan rumah sakit khusus untuk pendidikan tahun anggaran 2009 di Universitas Udayana, Bali, Marisi Matondang.

Kelima "Country Director" PT EK Prima Ekspor (EKP) Indonesia Ramapanicker Rajamohanan Nair yang sudah divonis 3 tahun penjara karena terbukti menyuap pejabat pajak.

Rajamohanan hanya tersenyum simpul sambil menunjukkan jari kelingkingnya yang sudah dicelupkan ke tinta pilkada.

Keenam adalah mantan anggota DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, yang sudah divonis 7 tahun penjara karena menerima suap dalam pembahasan peraturan daerah tentang reklamasi.

"Sudah pasti tahu dong (pilihan saya)," kata Sanusi tersenyum.

Tahanan ketujuh adalah karyawan PT Merial Esa, Muhammad Adami Okta, keponakan Fahmi, yang merupakan terdakwa dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan monitoring satelit di Bakamla memberikan suara.

Kedelapan, anggota Komisi V DPR dari fraksi PAN Andi Taufan Tiro, terdakwa kasus dugaan suap proyek di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan suara.

"Mau ditalak apa sama anak apa gue?" ungkap Andi Taufan sambil tersenyum dan menunjukkan tiga jari. Tak tampak raut sedih di wajahnya meski ia menghadapi tuntutan 13 tahun dari jaksa penuntut umum KPK dalam kasusnya.

Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Setiabudi Ahmad Suprayogi mengatakan 8 suara dari TPS di KPK akan digabung penghitungannya di TPS 19 Setiabudi.

"Nanti penghitungannya digabung di TPS 19 Setiabudi, ini ada tambahan dari pilkada putaran pertama kemarin yang hanya 7 orang," kata Ahmad.

(Baca: Begini gaya 8 tahanan KPK saat nyoblos pilkada)

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017