Mataram (ANTARA News) - Pakar Geologi Internasional dari Rodest Island University Amerika Serikat (AS) Prof. r. Haraldur Sirgurdsson kembali mengadakan survei Situs Tambora di Kabupaten Dompu yang merupakan bekas kesultanan kecil yang tertimbun akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815. Seusai bertemu Gubernur NTB, H. Lalu Serinata di Mataram, Sabtu, pakar Gunungapi Internasional yang didampingi Wakil Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Heryadi Rachmat mengatakan, pihaknya akan mengadakan survei sekitar 45 hari. Dia mengatakan, Situs Tambora dapat disejajarkan dengan Situs Pompeii, yakni sebuah kota tua Romawi kuno yang terkubur akibat letusan Gunung Vesuvius tahun 79 Masehi di Napoli, Italia yang kini menjadi obyek wisata dunia yang sangat terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan. "Obyek wisata Suitus Pompeii dikunjungi sedikitnya dua juta wisatawan dari berbagai negara setiap tahun, karena itu kalau Situs Tambora berhasil digali, maka tidak menutup kemungkinan menjadi objek wisata internasional yang menyedot banyak wisatawan," ujarnya. Didampingi ahli geologi dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, dia mengatakan, kalau di Kota Romawi Kuno, Italia Selatan ditemukan Situs Pompeii, maka di Kabupaten Dompu terdapat situs tiga kerajaan yang hilang akibat letusan Gunung Tambora 11 April 1815 silam. Terungkapnya tiga kerajaan yang hilang akibat letusan dahsyat Gunung Tambora berawal dari penemuan keramik kuno di kawasan Tambora. Pada penggalian Situs Tambora ditemukan bekas bangunan yang tampak masih utuh seperti komponen atap rumah, kerangka atap bambu dan tiang penyangga, selain sisa bangunan rumah juga ditemukan padi dalam jumlah banyak dan masih utuh. Temuan lain di Situs Tambora adalah seperangkat alat nyirih antara lain alat pemotong pinang dan tangkai `pelocok` atau alat pelumat sirih yang artistik terbuat dari tanduk. Sementara keramik ditemukan pada kedalaman dua meter dan terkonsentrasi cukup banyak pada satu tempat, namun disayangkan keramik kuno itu ditemukan dalam kondisi sudah rusak/pecah. Letusan dahsyat Gunung Tambora 191 tahun silam tersebut menelan sedikitnya 117.000 jiwa dan memporakporandakan kawasan yang sebelumnya subur menjadi kering akibat timbunan abu dan bebatuan (piroklastika) serta endapan lava panas. Sulit dibayangkan gunung yang awalnya memiliki ketinggian 4.100 meter dari bibir kaldera, akibat letusan dahsyat Gunung Tambora yang tersisa hanya separuhnya, yakni sekitar 2.100 meter. Letusan Tambora pada tahun 1815 tidak hanya menyisakan bukti keberadaan gunung yang letusannya menguncang dunia dan pernah mempengaruhi perubahan iklim dunia seperti menimbulkan bencana kelaparan di Eropa. Akibat letusan Gunung Tambora, langit di atas negara-negara Eropa tertutup debu panas yang mengakibatkan matahari tidak bisa menyinari bumi menyebabkan bahan makanan rusak, sehingga menimbulkan bencana kelaparan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007