Belum ada bayangan dari sekitar 1.000 peserta full marathon saat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengayunkan bendera di garis "start" pada ajang Mandiri Jogja Marathon 2017 di kompleks Candi Prambanan, Minggu (23/4).

Matahari memang belum terbit pada pukul 04.45 WIB, namun para peserta sudah harus berjuang untuk mengalahkan lintasan sepanjang 42,195 kilometer (km).

Bukan jalan besar yang dilintasi para peserta, melainkan jalan-jalan pedesaan yang terdiri atas 13 desa di Yogyakarta, antara lain Desa Tirta Martani, Desa Purwo Martini, Desa Sukaharjo, Desa Umbul Martini, Desa Widodo Martini, Desa Selo Martini, Desa Taman Martini, Desa Kebon Dalam Lor Jawa Tengah, dan Desa Kokosan.

"Saat ini masyarakat berwisata alasannya karena pertama berbelanja, kedua melihat pemandangan dan ketiga adalah berlomba, itu yang kami sebut sport-tourism," kata Corporate Communications Head Bank Mandiri Ahmad Reza saat menjelaskan tujuan lomba lari yang baru pertama kalinya diadakan Bank Mandiri di Yogyakarta tersebut.

Selain full-marathon masih ada kategori lain yang diperlombakan yaitu half-marathon (21 KM), kategori 10 KM, kategori 5 KM, serta kategori Mandiri Community Challenge yang juga berjarak 5 KM. Total ada 6.210 orang peserta yang mengikut lomba ini, 1.600 mengikuti "half marathon" sepanjang 21 K sisanya lari di kategori 10 K dan 5 K.


Sejumlah pelari melintasi kawasan Candi Plaosan saat lomba lari Mandiri Jogja Marathon 2017 di Desa Bugisan, Prambanan , Klaten, Jawa Tengah, Minggu (23/4/2017). (ANTARA /Hendra Nurdiyansyah)

Lari Wisata

"Sport tourism itu artinya masyarakat beriwisata lewat olahraga, mereka lebih mencari fun, buat selfie bahkan kami tidak mengumumkan hadiah sampai saat-saat terakhir," tambah Reza.

Jenis berlomba sambil berwisata itulah yang juga membuat rute yang dipilih oleh Bank Mandiri sebagai penyelenggara sengaja mencari jalan-jalan menarik agar peserta pun bisa leluasa "berswafoto".

Untuk kategori 21 K, dari kilometer pertama peserta berlari di jalan kecil yang membelah pedesaan sekitar kompleks Candi Prambanan hingga kilometer 4. Selanjutnya peserta berlari dengan membelah sawah-sawah hijau maupun perkebunan masyarakat. Sejumlah warga pun tampak melambaikan tangan maupun memberikan semangat kepada para peserta lomba.

Namun pemandangan yang paling khusus adalah peserta berlari melewati sejumlah candi yang memang tersebar di kabupaten Sleman tersebut yaitu Candi Plaosan Lor, Candi Sewu, Candi Bubrah, Candi Lumbung, dan Candi Prambanan sendiri.

Pemandangan yang tidak lazim itu mendorong banyak para peserta untuk sengaja berhenti saat melewati candi untuk mengabadikan pemandangan candi maupun berswafoto sampai membuat rekaman mengenai aktivitasnya di candi tersebut. Bila tidak ingin berswafoto, peserta pun dapat saling meminta tolong untuk memotret dengan latar belakang candi dan matahari Yogya yang baru terbit.

"Saya tidak mencapai personal best time yang saya targetkan karena tadi di candi ikut foto-foto," kata Hidayat, peserta 21 K asal Jakarta.

Apalagi candi-candi tersebut terletak dekat dengan water station yang disediakan panitia setiap 2 KM sehingga peserta dapat sambil beristirahat menikmati pemandangan candi setelah memuaskan dahaga.

Meski tidak melewati jalan besar, peserta juga tidak khawatir tersesat karena banyak marshal atau pemandu tersebar di lintasan dan mengarahkan ke mana peserta harus berlari utamanya ketika menemukan persimpangan. Para marshal yang sebagian berasal dari anggota pramuka setempat tampak juga memberikan semangat kepada para peserta.

Para marshal juga yang membantu mengamankan jalur lari karena tidak semua jalur steril dari kendaraan bermotor. Meski ada jalur yang ditutup tapi tidak sampai membuat kemacetan panjang akibat sebagian badan jalar ditutup untuk jalur lari.

Para peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia, sebagian adalah para pelari yang tergabung dalam komunitas lari seperti "Indo Runner", "Kani Runner", "Bogor Runner", "Yogya Runner", "Bali Runner", hingga "Mandiri Runner" yaitu komunitas lari bagi para pegawai bank Mandiri dan komunitas lainnya.

Tentu ada juga peserta asing berjumlah 11 orang yang berasal dari 4 negara yaitu Singapura, Malaysia, Thailand dan Amerika Serikat serta pelari pelatnas sebanyak 20 orang, termasuk pelari atlet jarak jauh nasional Agus Prayogo yang cukup turun di kategori full-marathon dan menjuarai kategori itu dengan catatan waktu 1 jam 15 menit.

Sedangkan pelari Sain Alim tampil menjadi yang tercepat pada kelas 42 K open putra dengan catatan waktu 2 jam 49 menit dan meraih hadiah Rp70 juta. Pemenang kategori 42 K open wanita adalah pelari Yulianingsih dengan waktu 3 jam 7 menit sehingga juga meraih Rp70 juta.

Total hadiah yang diperebutkan "hanya" sebesar Rp783 juta selain medali dan voucher e-money Mandiri senilai Rp50 ribu bagi setiap finisher.

Sang Pemenang
Kejutan ajang lari wisata tersebut muncul saat pemenang lomba kategori master 5 K laki-laki yaitu kategori untuk peserta berusia di atas 40 tahun memunculkan nama Kepala Kepolisian Daerah Istmewa Yogyakarta Brigader Jenderal (Brigjen) Pol Ahmad Dofiri sebagai pemenang.

"Saya malah kaget, sebenarnya saya ikut untuk memeriahkan saja, dari sisi usia juga bukan saatnya, tadi saya ikut kebetulan bersama istri dan anak juga ikut. Saat diumumkan tadi kok malah jadi pemenang, oh rupanya melihat dari kategori usia," kata Dofiri yang tahun ini berusia 50 tahun seusai dihadiahi trofi di panggung.

Mantan Kapolda Banten itu mengaku sudah latihan sejak 1,5 bulan lalu khusus untuk mengikuti Mandiri Jogja Marathon ini.

"Tapi saya juga surprise karena saat latihan tidak sampai mencapai waktu ini dan karena ini (lari) bersama-sama dengan yang lain jadi semangat, latihan-latihan biasa saya 35-36 menit sama istri (untuk jarak 5 KM), eh tadi diumumkan 21:50 kok cepat sekali," tambah Dofiri.

Dofiri pun mengaku saat berlomba, ia tertolong dengan udara sekitar Prambanan yang sejuk dan dihibur dengan pemandangan berupa sawah, sungai dan candi.

"Saat lari tadi juga ngos-ngosan tapi di balik ngos-ngosan saat jelang finish ada kepuasaan, kita toh juga mampu mengukur diri kita sendiri, tidak terlalu ngoyo karena saya tadi bersama anak saya," ungkap Dofiri.

Dofiri memang berlari bersama dengan istrinya, Diana Wahyuni dan anaknya bernama Galih. Diana bahkan juga menjadi juara ketiga kategori master 5 K untuk perempuan.

"Saya sebenarnya sudah tidak lari beberapa lama. Dulu saya saat pendidikan sudah lari, tapi jenis cross country, menggunakan helm, ransel, pakai senjata pakai sepatu boot. Saya memang pernah ikut itu, jadi lari sedikit kuatlah tapi karena faktor usia, saya kurangi intensitas lari, lalu ada (lomba) seperti ini, saya penasaran masih ada tidak sisa-sisa zaman dulu waktu masih muda? Jadi saya ikut rupanya lumayan juga dapat nomor juga," jelas Dofiri terkekeh.

Ia pun bertekad bila lomba selanjutnya digelar tahun depan akan mengikuti kategori yang lebih berat.

"Tadi diledek, kalau 5 K itu kurang, berikutnya naiklah jadi 10 K. Tadinya saya mau ambil yang 10 K tapi saya kan belum pernah coba dan saya memang sebetulnya untuk fun saja sama anak dan istri, diajak ikut lalu didaftarkan tapi mau ambil yang berapa? Istri mengatakan 5 K, jadi ya sudahlah tapi terpacu juga mudah-mudahan kalau ada lagi nanti ambil yang 10 K supaya tantangannya beda lagi," tambah Dofri.

Unsur fun atau kesenangan juga menjadi alasan Florentina untuk mengikuti ajang Mandiri Jogja Marathon, dan bahkan menyabet juara satu kategori master untuk 10 K.

"Ini pertama kalinya juara pertama, kalau juara 3 atau empat sudah pernah di lomba lain," kata Flo, panggilan Florentina.

Flo yang merupakan pegawai swasta asal Bali berusia 40 tahun itu datang ke Yogya bersama sekitar 15 orang temannya dari komunitas "Indo runner Bali".

"Kita sebagai komunitas senang sekali ada lomba seperti ini apalagi di lokasinya di Yogya, di Bali, di Bandung, kita lebih semangat untuk ikut," ungkap Flo yang diganjar Rp1,5 juta karena mencapai finish pada menit ke-57.

Ia bahkan mengaku baru 1 tahun berlari bersama dengan komunitas "Indo runner Bali".

Jadi, berlari sambil berwisata dan berswafoto? "Fun banget!".

(Baca juga: 6.500 peserta ikuti Jogja Marathon)

Oleh Desca Lidya Natalia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017