Saya ingin melihat perdamaian antara Israel dan Palestina."
Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan terus melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terkait pembangunan permukiman warga Yahudi, demikian keterangan pihak Gedung Putih

"Ya, kami akan terus melakukan pembicaraan dengan perdana menteri, dan presiden akan terus melakukan pembahasan," kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer, Senin (1/5) dalam jumpa pers setelah ditanya, apakah Netanyahu menghina Presiden AS terkait laporan bahwa Israel berencana membangun 15.000 rumah di Yerusalem Timur.

Trump, yang bersumpah mengusahakan kesepakatan perdamaian Israel dengan Palestina, mengatakan kepada Netanyahu dalam jumpa pers pada Februari 2017 bahwa ia meminta Israel menahan rencana pembangunan permukiman untuk mewujudkan perdamaian.

Menteri Perumahan Israel Yoav Galant pada pekan lalu mengatakan kepada Radio Israel bahwa lembaganya dan Dinas Pelayanan Kota Yerusalem merencanakan pembangunan selama dua tahun ke depan sebanyak 25.000 rumah, dan 15.000 di antaranya akan dibangun di Yerusalem Timur, yang direbut dan diduduki Israel sejak 1967 melalui perang Timur Tengah.

"Kami akan membangun 10.000 unit di Jerusalem dan sekitar 15.000 lainnya di batas kota Yerusalem. Itu akan kami lakukan," katanya.

Saeb Erekat, juru bicara utama Palestina, mengatakan bahwa langkah Israel tersebut merupakan pelanggaran sistematis terhadap hukum internasional dan "sabotase yang disengaja" dalam upaya melanjutkan perundingan.

"Semua permukiman di wilayah Palestina yang diduduki adalah ilegal menurut hukum internasional," katanya.

Ia menimpali, "Palestina akan terus meminta bantuan kepada badan internasional untuk menahan Israel, kekuasaan pendudukan, bertanggung jawab atas pelanggaran beratnya terhadap hukum internasional di seluruh wilayah Palestina yang didudukinya."

Berita Channel 2 menyiarkan sebuah pengumuman tentang pembangunan pemukiman dapat mulai dikerjakan pada "Hari Jerusalem" tahun ini. Menurut kalender Ibrani bertepatan pada 24 Mei, ketika Israel merayakan pendudukan bagian timur kota itu.

Tahun ini adalah ulang tahun ke-50 pendudukan tersebut, yang akan diperingati dengan rencana perayaan yang besar. Kunjungan Trump diperkirakan berlangsung saat perayaan itu atau setelah 22 Mei.

Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka, yang diharapkan akan terdiri dari wilayah Tepi Barat Sungai Jordan yang saat ini diduduki, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.

Trump mengatakan dalam sebuah wawancara di Gedung Putih pada Kamis (27/4) bahwa ingin melihat kesepakatan damai Israel dan Palestina.

"Saya ingin melihat perdamaian antara Israel dan Palestina," kata Trump.

Ia mengimbuhi, "Tidak ada alasan untuk tidak terjadinya perdamaian antara Israel dan Palestina. Tidak ada alasan apapun."

Pada Januari, dua hari setelah Trump mulai menjabat Presiden AS, Netanyahu mengatakan bahwa bakal mencabut pembatasan pembangunan permukiman di Jerusalem Timur, dan menyetujui izin pembangunan ratusan rumah baru di wilayah itu untuk ratusan rumah baru.

Selama masa kepresidenan Barack Obama, pemerintahan Netanyahu mendapat banyak kecaman ketika hendak merencanakan pembangunan permukiman.

Pemerintah AS sdi bawah Obama menilai bahwa tindakan tersebut merupakan hambatan bagi terciptanya perdamaian.

Di bawah kepemimpinan Trump, Netanyahu mengharapkan lebih banyak lampu hijau untuk pembangunan permukiman, namun hingga kini belum terjadi, demikian laporan Reuters.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017