Jakarta (ANTARA News) - Mobil ramah lingkungan bermesin hibrida lebih mudah diterapkan di Indonesia ketimbang mobil berbahan bakar gas (compressed natural gas/CNG) atau bertenaga listrik.

Vice President Director Toyota Astra Motor, Henry Tanoto, mengatakan menerapkan mobil ramah lingkungan bermesin hibrida di Indonesia lebih mudah dibandingkan gas atau listrik karena tidak memerlukan infrastuktur khusus untuk mengisi bahan bakar.

"Bicara infrastrukur, hibrida lebih mudah karena tak perlu infrastruktur khusus," kata Henry Tanoto seusai membuka booth Toyota pada pameran  Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 di JIExpo Kemayoran, beberapa waktu lalu.

Henry menambahkan, "Kalau gas dan listrik membutuhkan infrastruktur khusus. Jadi kalau bicara kesiapan, ya hibrida lebih siap."

Masyarakat Indonesia, lanjut Henry, dinilai cukup tertarik dengan teknologi hibrida kendati jumlahnya tidak banyak.

Lebih lanjut, Henry mengatakan Toyota telah menjual sebanyak 1.500 kendaraan hibrida sejak tahun 2009 dimana kendaraan yang paling laris adalah Camry Hybrid dengan penjualan mencapai 80 sampai 85 persen dari total penjualan mobil hibrida Toyota.

(Baca: Masyarakat Indonesia minati mobil hibrida, tapi belum banyak)

Ketika ditanya apakah Toyota berpeluang mengeluarkan kendaraan hibrida yang lebih murah dari Alphard dan Camry, Henry menjawab "Kalau rencana pasti ada, karena Toyota ingin memberikan sesuai kebutuhan pasar."

Walaupun lebih mudah menerapkan teknologi hibrida di Indonesia, Henry memasikan bahwa Toyota Indonesia akan selalu menyambut positif kebijakan dari pemerintah, termasuk percepatan penerapan kendaraan bahan bakar gas untuk transportasi darat.

"Kita selalu pelajari alternatifnya. Kita selalu sambut positif kebijakan pemerintah yang baik untuk industri otomotif," pungkas Henry.

(Baca juga: Toyota ajak mahasiswa kenali teknologi mobil hibrida)


Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017