Jalanan di Desa Bragang, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang panjangnya mencapai 2,4 kilometer sebelumnya tampak seperti jalanan pada umumnya, berhiaskan batu-batu.

Tapi kini, di jalan yang lebarnya 2,5 meter itu sudah berubah wajah. Mulus teraspal. Warga pun bisa memanfaatkan jalan yang merupakan akses utama ke luar dan masuk ke desa tersebut.

"Syukurlah sekarang jalanan di desa kami sudah diaspal dan ini sangat bermanfaat bagi kami," ujar salah seorang warga setempat, Ansori.

Ungkapan petani berusia 52 tahun tersebut diamini oleh Busiri Syukur yang merupakan Kepala Desa Bragang.

Menurut dia, lokasi desa yang berada di kawasan perbukitan dengan jarak sekitar 35 kilometer ke utara pusat kota Bangkalan, Madura, membuat wilayahnya semula hampir tak disentuh pembangunan.

Desa itu, katanya, dulu terpencil dan jarang disentuh pembangunan. Kini, pria berusia 42 tahun itu bersyukur, karena desanya sekarang sudah berubah setelah ada program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Ia pun berterima kasih pada pemerintah dan TNI atas program yang dulu bernama ABRI Masuk Desa (AMD) itu.

Pengaspalan jalan merupakan satu di antara beberapa program yang dilakukan dalam rangka TMMD ke-98 Tahun 2017. Di desa tersebut menjadi satu di antara sejumlah desa di Jatim yang menjadi sasaran program.

Khusus di desa berpenghuni sekitar 3.000 penduduk tersebut, 150 prajurit TNI sejak 5 April hingga 5 Mei 2017 berada di kampung itu untuk bekerja membangun infrastruktur demi kesejahteraan rakyat.

Rinciannya, personel yang menginap di 22 rumah warga itu terdiri dari anggota Batalyon Artileri Pertahanan Udara (63 personel), Pasukan Marinir (30 personel), Kodim 0829 (15 personel), Polri (10 personel), Zipur (10 personel), Bintal (2 personel), Kesrem (3 personel), dan Penrem (2 personel).

Diakui Busiri, awalnya warga sempat khawatir karena takut desanya akan dihuni tentara-tentara yang dikenal sangat tegas serta terbayang sosok seram dan kaku.

"Ya takut karena tidak pernah ada tamu tentara. Tapi setelah berbaur beberapa hari saja, warga malah senang dan cepat akrab," katanya.

Selain membuat jalanan menjadi mulus, tentara bersama warga bahu-membahu membangun tiga unit MCK, mendirikan tembok penahan jalan sepanjang 15 meter, mendirikan satu unit buk pinggir jalan, membangun 25 unit jamban warga, pavingisasi halaman masjid seluas 550 meter persegi, hingga pembuatan tiga unit pos keamanan lingkungan.

Tak itu saja, keakraban antara warga dan tentara semakin terasa saat aktif dalam penyuluhan bencana dan wawasan kebangsaan, penyuluhan kesehatan dan sanitasi, penyuluhan undang-undang perkawinan, penyuluhan pertanian dan peternakan, penyuluhan bahaya narkoba, pengobatan gratis, pelayanan KB, hingga penyuluhan keamanan lingkungan.



Taraf Hidup

Pada 1980, Panglima ABRI kala itu Jenderal TNI M. Yusuf mencetuskan program ABRI masuk Desa (AMD) yang ditujukan membantu masyarakat desa menyelesaikan setiap permasalahan di desa setempat, sekaligus memaksimalkan potensi desa karena merupakan sumber penyuplai bahan-bahan pangan Nasional serta sebagai sumber ketenagakerjaan.

Dalam perkembanganya, dari waktu ke waktu program ini mendapat tempat dan respons positif, baik dari pemerintah selaku penyedia anggaran dan masyarakat yang langsung merasakan kemanfaatannya.

Seiring dengan perubahan nama ABRI menjadi TNI usai berpisahnya institusi Polri di luar Kementrian Kementerian Pertahanan, maka AMD berubah namanya menjadi TNI Manunggal Membangun Desa atau TMMD.

"Urgensi TMMD mengandung subtansi dua aspek, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat serta aspek pertahanan dan keamanan," kata Komandan Kodim 0829/Bangkalan Letkol Inf Sunardi Istanto.

Sinergitas dua aspek tersebut, kata dia, menjadikan TMMD program terpelihara dan menjadi solusi dalam pembangunan, terutama di daerah terpencil, bahkan yang tidak terjangkau pembangunan.

Ia menerangkan, kegiatan TMMD bersifat fisik dan nonfisik, yaitu berupa pembangunan infrastruktur yang langsung menyentuh kebutuhan hidup masyarakat, serta sebagai sarana penyadaran masyarakat terhadap pentingnya kehidupan berbangsa maupun bernegara.

Pemilihan Desa Bragang sebagai sasaran TMMD kali ini, lanjut dia, tak lepas dari hasil usulan dengan mekanisme usulan dari tingkat desa yang dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa untuk diajukan ke tingkat kecamatan dan diteruskan ke tingkat kabupaten/kota.

"Selanjutnya, dipertimbangkan sasaran yang paling cocok dengan kriteria menyangkut kepentingan hidup dan bisa langsung dirasakan manfaatnya bagi masyarakat," katanya.



Dukungan Pemprov

Secara resmi, TMMD ke-98 di Jawa Timur dibuka oleh Gubernur Soekarwo di Lapangan Jaka Tarub, Sumber Agung, Kabupaten Tuban, Rabu (5/4).

Pakde Karwo, sapaan akrabnya, menyampaikan terima kasih kepada TNI telah membantu membangun desa di Jatim lewat program TMMD karena membuktikan bahwa TNI dekat dengan masyarakat sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan.

"TMMD ini bagus karena bisa menjaga keutuhuan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata orang nomor satu di lingkungan Pemprov Jatim tersebut.

Menurut dia, program TMMD harus memberikan dampak terciptanya kemanunggalan TNI dengan rakyat, seperti perintah untuk tidur dan makan di rumah penduduk yang membuat eratnya hubungan emosional dan jalinan persaudaraan.

"Perilaku dan semangat membantu masyarakat dapat menimbulkan simpati dan kepercayaan rakyat terhadap institusi TNI, dan pemerintah pada umumnya," katanya.

Selain di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Tuban, khusus TMMD kali ini juga digelar di Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Jember serta Kabupaten Banyuwangi.

Pada pelaksanaan pembukaan, saat itu yang masih menjabat Pangdam V/Brawijaya Mayjen I Made Sukadana menegaskan siap melaksanakan instruksi melaksanakan TMMD setahun tiga kali di Jatim.

"Bagaimanapun TNI harus siap melaksanakan instruksi tersebut, karena TMMD membuat manfaat bagi prajurit bisa dekat dengan masyarakat," katanya.

Dengan demikian, kata dia, program TMMD memiliki keunggulan, yaitu efisiensi anggaran, kecepatan pelaksanaan program, jangkauan pembangunan ke daerah terpencil dan terpeliharanya budaya gotong royong.

"Kemudian juga semakin meningkatnya taraf hidup rakyat, semakin sadar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta terciptanya kemanunggalan TNI dan rakyat," kata perwira tinggi yang jabatannya kini diisi oleh Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko tersebut.

Oleh Fiqih Arfani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017