Jakarta (ANTARA News) - Bergeser dari ingar-bingar Jakarta ke hutan pinus di Gunung Pancar, Sabtu (6/5) lalu, penikmat skena musik independen ditawari suguhan pertunjukan festival berkonsep piknik di alam.


Gunung Pancar berjarak satu setengah jam dengan kendaraan bermotor dari Jakarta, pun medan yang tidak ditempuh tidak berat karena truk tronton sudah menunggu mengangkut penonton dari titik kumpul ke lokasi acara Melodi Alam.


Hujan yang turun di siang hari tidak menyurutkan niat penonton untuk menonton Melodi Alam, di tengah hutan pinus, meski harus berbasah-ria.


Kebanyakan, mereka yang datang memang sudah menyesuaikan pakaian dengan area konser, sandal gunung dan celana pendek sangat membantu karena lokasi tidak dingin.


Pilihan menonton di alam terbuka pun cukup beragam, berdiri atau duduk di tanah. Bila tidak keberatan menikmati panggung dari jauh, bisa dari tenda terbuka di area camping atau duduk di hammock yang digantung diantara pohon.




Tetangga Pak Gesang, duo asal Bandung, menghargai usaha penonton yang menonton konser setelah diguyur hujan.


Aransemen sederhana ukulele dan kazoo, alat musik tiup mengiringi lagu kanak-kanak, “Tik Tik Bunyi Hujan” versi Meicy Sitorus-Arum Tresnaningtyas dari Tetangga Pak Gesang.


Berselang satu penampil dari Tetangga Pak Gesang, hujan turun sederas-sederasnya di Gunung Pancar, pertunjukan pun dihentikan sementara.


Sekitar satu jam kemudian, pertunjukkan kembali berlanjut meski masih gerimis. Menariknya, penonton semakin bertambah banyak.


Mereka asyik menonton dibalik jas hujan plastik, ada juga yang mengandalkan jaket tahan air dan memakai jas hujan menjadi alas duduk di atas tanah.


Pertunjukkan setelah hujan sedikit berbeda dengan sesi sebelumnya, bila Tetangga Pak Gesang membawakan lima lagu, penampil setelahnya hanya membawakan sekitar 3 lagu karena keterbatasan waktu.


Band asal Bandung, Tigapagi, malam itu membawakan “Alang-Alang” dari album “Roekmana’s Repertoire” dan “Sembojan”, lagu berdurasi sepuluh menit yang mereka sebut entitas pendek.




Trio Dialog Dini Hari dari Bali, malam itu pun menyapa penggemarnya secara singkat, antara lain dengan “Kita dan Dunia”, “Jalan Dalam Diam” serta lagu mereka yang paling terkenal, “Tentang Rumahku”.




Float, yang paling ditunggu, saat di panggung pun sedikit berkelakar mereka kesulitan memilih lagu karena durasi tampil terbatas.


Penonton tetap mengikuti hingga Meng dan kawan-kawan usai membawakan “Indah Hari Itu”, “Pulang”, “Reborn”, “Sementara” hingga “Tiga Hari Untuk Selamanya”.


Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017