Jakarta (ANTARA News) - Vietnam salah satu negara tetangga Indonesia dan sesama anggota ASEAN di kawasan Asia Tenggara telah mencatat baanvak prestasi penting di bidang ekonomi, sosial, pertahanan - keamanan dan urusan luar negeri.

Sebelum kebijakan pembaharuan (Doi Moi) dicanangkan pada 1986, Vietnam termasuk salah satu negara terbelakang dan luluh lantak akibat perang.

Dengan 90 persen penduduknya bekerja di sektor pertanian, selama lebih 30 tahun menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang paling dinamis di Asia.

Doi Moi bagi Vietnam memberikan berkah tersendiri. Pendapatan per kapitanya meningkat dari 471 dolar AS per orang per tahun pada 2003 menjadi 2.228 dolar AS per orang per tahun pada 2016 setelah kebijakan Doi Moi dicanangkan.

Di bidang ekonomi, negara ini mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi selama bertahun-tahun. Hasilnya kehidupan orang-orang Vietnam berangsur-angsur membaik. Integrasi internasional juga ditingkatkan dan diperluas di era globalisasi yang ditandai dengan tingkat ketergantungan tinggi.

Pada 1986 Vietnam telah memutuskan untuk meninggalkan sistem ekonomi terpusat dan menciptakan sistem ekonomi terencana.

Berkat jalur pembangunan ekonomi yang benar dan tepat solusi, negeri Paman Ho ini merestrukturisasi ekonomi menuju industrialisasi dan modernisasi. Prestasi dalam pembangunan ekonomi pun dicapai. Dunia mengakui dan menghargainya.

Dalam lima tahun rencana renovasi 1986-1990, tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata PDB Vietnam 4,4 persen. Periode 1991-1995, PDB meningkat sebesar 8,2 persen per tahun, dua kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya. Meskipun terkena dampak krisis keuangan negara dengan ibu kota Hanoi ini mencatat PDB per kapita meningkat 7,6 persen per tahun selama 1996-2000. Tahun 2001-2005, rata-rata pertumbuhan PDB mencapai 7,34 persen per tahun dan pada 2006-2010, karena krisis ekonomi dunia, Vietnam masih mencapai pertumbuhan PDB menjadi 6,32 persen per tahun.

Dalam tahun-tahun berikutnya, karena dampak dari krisis keuangan global pada tahun 2008 dan krisis utang tahun 2010, tingkat pertumbuhan PDB Vietnam pada 2011-2015 melambat tapi masih mencapai 5,9 persen per tahun , suatu tingkat yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan di negara-negara lain di kawasan dan dunia.

Iklim investasi di Vietnam pun menarik para pengusaha Indonesia untuk menanam modal. Sejumlah perusahaan seperti Citra Westlake City Development Co. Ltd. (Ciputra Group), PT Vietmindo Energitama, Thang Long Cement, Dynaplast Packaging Vietnam Co. Ltd., Japfa Comfeed, dan Akebono Brake Astra Vietnam Co. Ltd., telah melebarkan sayapnya ke negara itu.

Berdasarkan catatan KBRI Hanoi, jumlah investasi Indonesia di Vietnam secara keseluruhan hingga akhir 2016 mencapai 50 proyek dengan nilai 350,09 juta dolar AS.

Indonesia menduduki urutan ke-31 pada daftar negara investor terbesar di Vietnam. Dalam rangka implementasi Plan of Action periode 2014-2018 dari Kemitraan Strategis Indonesia-Vietnam, KBRI Hanoi berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia- Vietnam, di antaranya dengan mendorong pertukaran arus investasi antarnegara melalui berbagai proyek strategis.

Setelah perusahaan-perusahaan tersebut, menyusul kemudian IML Technology Vietnam Co. Ltd. menjadi perusahaan Indonesia pertama yang beroperasi di Hai Phong, kota terbesar ketiga di Vietnam setelah Hanoi dan Ho Chi Minh City. Ketika peresmian IML Technology Vietnam Co. Ltd. diselenggarakan pada Selasa (25/4), bendera Indonesia berkibar di samping bendera Vietnam di Lo CN 5.3 H, kawasan industri Dinh Vu, kota Hai Phong sekitar 100 km sebelah timur Hanoi, ibu kota Vietnam, dan merupakan kota pelabuhan dan industri utama di bagian utara negara itu.

Dalam sambutan pada peresmiannya, Duta Besar RI Hanoi Ibnu Hadi menyampaikan apresiasinya atas berdirinya IML Technology Vietnam Co. Ltd. yang dinilai dapat meningkatkan hubungan ekonomi Indonesia- Vietnam.

IML Technology Vietnam Co. Ltd merupakan perluasan dari PT IML Technology, sebuah perusahaan Indonesia yang bergerak dalam label packaging dan blow-molding. Dengan teknologi In-Mold Label (IML), produk plastik berlabel dihasilkan melalui sistem injeksi sehingga melekat dan sulit dipalsukan. IML Technology Vietnam Co. Ltd mampu menghasilkan hingga dua juta botol plastik per tahun dan menyerap hingga 300 tenaga kedja.

PT IML Technology telah beroperasi di Indonesia sejak 2006 dan merupakan pemasok produk In-Mold Labelling dengan kapasitas produksi terbesar. General Director IML Technology Vietnam Co. Ltd. Pembukaan pabrik di Vietnam sebagai upaya menangkap peluang di pasar Vietnam yang dinilai prospektif.

Struktur ekonomi
Struktur ekonomi Vietnam menunjukkan ke arah modernisasi, dengan persentase kontribusi pertanian kepada ekonomi keseluruhan menurun dan sektor jasa dan produksi industrial meningkat. Ekspor mengalami pertumbuhan dua digit. Kawasan-kawasan ekonomi kunci dan kawasan ekonomi dan industri yang tersentralisasi telah menjadi pendorong utama ekonomi nasional.

Vietnam juga mendirikan kawasan-kawasan produksi pertanian, bersamaan dengan fasilitas pemrosesan industrial. Selama lebih tiga dekade, semua sektor ekonomi mengalami kemajuan besar. Industri dan konstruksi telah menjadi sektor yang memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan ekonomi berkat aplikasi kemajuan sains dan teknologi dan pengembangan industri-industri baru dan teknologi tinggi.

Sektor pertanian, misalnya, mengubah Vietnam dari negara dengan tingkat konsumsi tinggi menjadi salah satu eksporter terbesar untuk komoditas beras, kopi, karet, kacang-kacangan dan produk-produk perikanan.

Sektor jasa juga berkembang dengan berbagai produk seperti pariwisata, telekomunikasi, keuangan, perbankan dan konsultasi hukum. Eksploitasi sumber-sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup telah dijalankan bersamaan dengan pembangunan lestari, menghasilkan hasil-hasil yang baik.

Pembangunan infrastruktur sosio-ekonomi mengalami perbaikan signifikan terutama di bidang transportasi, kelistrikan, telekomunikasi, kawasan-kawasan perkotaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dapat dikatakan bahwa aplikasi kemajuan di bidang sains dan teknologi telah menciptakan fondasi bagi transisi menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

Kebijakan sosial
Selama periode pembaharuan, Vietnam sangat tertarik dalam pelaksanaan kebijakan sosial untuk manusia yang berkelanjutan dengan memastikan untuk meningkatkan kehidupan material masyarakatnya untuk makan, penyediaan akomodasi, perjalanan, pekerjaan, pendidikan, istirahat, penyembuhan dan meningkatkan kesehatan fisik. Setiap tahun rata-rata tersedia 1,500.000-1,600.000 lapangan kerb baru dan mampu mengurangi tingkat pengangguran.

Tingkat kemiskinan nasional menurun rata-rata 1,5-2 persen per tahun. Prestasi dalam pengurangan kemiskinan di Vietnam oleh PBB diakui dan dihargai. Perawatan kesehatan masyarakat telah meningkat, fasilitas kesehatan sistem dibentuk di seluruh negeri; Beberapa dokter, jumlah tempat tidur per seribu penduduk meningkat pesat. sistem pelayanan medis yang berkualitas semakin tinggi.

Vietnam telah mengembangkan dan menyempurnakan sistem jaminan sosial yang beragam, mengembangkan sistem asuransi sosial, asuransi kesehatan, asuransi pengangguran, asuransi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; mendorong dan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi buruh untuk mengakses dan berpartisipasi dalam jenis asuransi; memperluas bentuk bantuan sosial; menjamin pasokan beberapa layanan sosial dasar kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin, orang-orang yang kurang beruntung dan etnis minoritas. Kualitas pendidikan secara bertahap telah ditingkatkan.

Hubungan luar negeri
Vietnam telah menerapkan kebijakan luar negeri yang konsisten, merdeka, mandiri, menjunjung mperdamaian, kerjasama dan pembangunan; Multilateralisation dan diversifikasi hubungan, integrasi internasional proaktif dan aktif.

Negara ini menempatkan poses sebagai mitra terpercaya dan anggota yang bertanggung jawab dari masyarakat internasional, karena kepentingan nasional, etnis, memberikan kontribusi positif terhadap perjuangan untuk perdamaian, kemerdekaan, bangsa, demokrasi dan kemajuan sosial di dunia.

Dalam tahun-tahun pembaharuan, Vietnam memiliki banyak pedoman, kebijakan dan langkah-langkah untuk memperkuat dan memperluas kerja sama internasional baik dalam konteks hubungan bilateral, regional dan internasional.

Partisipasi aktif Vietnam tercatat di PBB, ASEAN, APEC, ASEM, WTO , Trans Pacific Partnership, misalnya. Melalui forum-forum itu negara yang bertetangga dengan China menarik modal, mempromosikan perdagangan dan investasi, memperluas pasar di dalam dan luar negeri.

Sampai saat ini, Vietnam telah membentuk hubungan diplomatik dengan 170 negara termasuk strategi kemitraan dengan 15 negara, hubungan dagang dengan berbagai negara dan wilayah. Perhatian masyaarakat internasional akan tertuju ke Vietnam sebagai tuan rumah Forum Ekonomi Kerjasama Asia-Pasifik (APEC) tahun 2017.

Vietnam bergabung dengan APEC pada 14 Nopemberl 1998 dan telah memainkan penting bagi organisasi ini melalui inisiatif positif dan proaktif diusulkan pada rapat dan APEC forum yang berbeda. Pada 2006, Vietnam pertama kali menjadi tuan rumah APEC. Dalam APEC pada 2017, dengan tema "Menciptakan Momentum Baru, dan Budidaya Masa Depan Bersama", keinginan Vietnam dan negara anggota untuk menciptakan kekuatan pendorong baru untuk integrasi, link dan pertumbuhan ekonomi di Asia - Pasifik.

Prioritas APEC Vietnam 2017 akan fokus pada empat arah meliputi: mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, kreativitas dan mencakup; Penguatan integrasi ekonomi regional; Meningkatkan daya saing dan penciptaan usaha mikro, usaha kecil dan menengah (UMKM) di era digital; Meningkatkan keamanan pangan dan pertanian berkelanjutan, beradaptasi dengan perubahan iklim.

Vietnam terus membangun berbagai bidang setelah prestasi-prestasi dicapai dalam lebih dari 30 tahun pembaharuan. Negara ini berusaha mengatasi kelemahan dan kekurangan dengan kekuatannya untuk mencetak prestasi-prestasi baru dalam tahap berikutnya.

Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017