Ponorogo (ANTARA News) - Sebanyak 575 dari total 1.103 lapak pedagang di Pasar Songgolangit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ludes dilalap api dalam peristiwa kebakaran yang menghanguskan lebih dari 50 persen struktur bangunan di sentra perekonomian rakyat tersebut, Minggu (14/5) malam.

"Data yang kami himpun, yang kena itu di bagian selatan di dua lantai. Bawah 241 lapak, atas 334 lapak," kata Kepala Pasar Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Ponorogo Sigit Pramono di Ponorogo, Senin.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai puluhan miliar. Beberapa pedagang mengaku mengalami kerugian rata-rata di atas Rp100 juta, bahkan hingga di atas satu miliar akibat stok dagangannya yang ikut terbakar.

"Paling besar dialami pedagang plastik, kain atau konveksi serta sembako yang rata-rata menempati loss di lantai dua (atas)," kata Tjatur, staf Humas Pemkab Ponorogo bidang pengaduan masyarakat.

Hingga Senin siang, seluruh aktivitas dan operasional di dalam kompleks pasar besar Songgolangit dihentikan.

Para pedagang hanya diperbolehkan berdiri atau menunggu di luar garis polisi, dengan di bawah pengawasan dan pengamanan aparat keamanan gabungan dari kepolisian, TNI, maupun linmas.

BPBD Ponorogo bersama Dinas Industri Perdagangan dan Koperasi serta aparat kepolisian dan TNI sempat melakukan pertemuan dengan ratusan pedagang yang menjadi korban atau terdampak langsung kebakaran pasar Songgolangit guna mendapat masukan atau serap aspirasi.

Namun mayoritas pedagang menginginkan tetap berdagang di Pasar Songgolangit dan tidak mau direlokasi seperti wacana kebijakan yang disampaikan Kepala BPBD Ponorogo Sumani maupun Kepala Dinas Indakop Ponorogo Andin Andanawarih.

"Masukan dan aspirasi bapak/ibu sekalian kami tampung dan akan disampaikan dulu ke bupati," kata Kepala BPBD Ponorogo Sumani.

Sebelumnya, pihak pemkab maupun DPRD Ponorogo santer mewacanakan relokasi seluruh pedagang ke titik lokasi yang akan dibangun pasar tradisional darurat pengganti Pasar Songgolangit yang ludes terbakar.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Ponorogo Sunarto mengatakan, relokasi menjadi opsi yang harus dilakukan demi pertimbangan keamanan sekaligus keberlangsungan roda perekonomian masyarakat, khususnya bagi para pedagang yang terdampak.

"Langkah tanggap darurat bencana harus segera difikirkan dengan melakukan relokasi ke tempat-tempat yang mungkin nantinya harus dibicarakan untuk membantu para pedagang ini," ujarnya.

Namun, senada dengan aspirasi pedagang Sunarto dan beberapa anggota Komisi B berpendapat relokasi sebaiknya tidak terlalu jauh dari titik pasar Songgolangit.

"Jika tidak memungkinkan direlokasi dalam satu tempat, bisa juga dengan sistem blok dan zonasi. Namun memang sebaiknya dipilih lokasi yang tidak terlalu jauh, seperti area parkir yang tadi menjadi tempat jualan sementara para pedagang," ujarnya.

Kebakaran pasar Songgolangit terjadi pada Minggu (14/5) sekitar pukul 20.00 WIB, di blok bangunan bagian selatan.

Setelah dilakukan upaya pemadaman yang sulit akibat angin kencang dan lalu lintas yang semrawut gara-gara warga yang berjubel menonton di sekitar lokasi, api baru bisa dipadamkan pada Senin dini hari.

Bahkan hingga Senin pagi, petugas PMK dibantu aparat keamanan dan tim BPBD masih terus bersiaga dan melakukan pembasahan di sejumlah blok di lantai satu dan dua yang masih terus mengepulkan asap.

Bagian terparah dalam kebakaran ini adalah lantai dua bagian selatan. Seluruh kios dan barang dangan ludes dilalap api.

Sedangkan untuk lantai satu bagian selatan masih ada yang bisa diselamatkan yaitu di kios sebelah barat atau yang menghadap ke Jalan Soekarno-Hatta.

Dugaan sementara, api berasal dari sebuah warung di lantai dua bagian selatan pasar tersebut. Namun ada dugaan lain, yaitu korsleting atau hubungan pendek arus listrik.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017