Sanaa (ANTARA News) - Pihak berwenang di Sanaa, yang dikuasai pemberontak Syiah, menyatakan keadaan darurat akibat wabah kolera mematikan yang menyebar cepat di ibu kota Yaman tersebut.

Kementerian Kesehatan Houthi menyatakan kasus-kasus kolera semakin memburuk dan mereka "tidak dapat mengendalikan bencana ini" dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin (15/5) oleh kantor berita pemberontak Saba.

Kementerian mengajukan permintaan bantuan dari organisasi-organisasi kemanusiaan internasional untuk menangani krisis tersebut.

Hafid bin Salem Mohammed, menteri kesehatan pemberontak, mengatakan bahwa "skala penyakit ini melampaui kapasitas" departemennya dalam pernyataan yang disiarkan televisi Houthi, al Masira.

Yaman dilanda perang menghancurkan antara pasukan Houthi yang didukung Iran dan pemerintahan Iran yang didukung Arab Saudi, dan kurang dari separuh fasilitas kesehatan negara itu yang berfungsi dalam dua tahun konflik tersebut.

Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) menyatakan pada Minggu bahwa wabah kolera telah menewaskan 115 orang dan menyebabkan 8.500 orang sakit antara 27 April hingga Sabtu.

Badan-badan bantuan internasional pada Minggu mengingatkan situasi bencana kemanusiaan itu dan mendesak warga menjalankan tindakan pencegahan.

"Kita sekarang menghadapi wabah kolera serius," kata Dominik Stillhart, direktur operasi ICRC, dalam konferensi pers di Sanaa.

Doctors Without Borders (MSF) juga khawatir otoritas kesehatan saja tidak akan mampu menangani wabah itu.

"MSF menyeru organisasi-organisasi internasional meningkatkan bantuan mereka untuk membatasi penyebaran wabah dan mengantisipasi potensi wabah yang lain," kata organisasi itu dalam satu pernyataan.

Ini merupakan wabah kedua kolera, infeksi bakteri yang menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi, dalam kurang dari satu tahun di Yaman, negara termiskin di dunia Arab.

Organisasi Kesehatan Dunia sekarang mengklasifikasikan Yaman sebagai salah satu kedaruratan kemanusiaan terburuk di dunia bersama Suriah, Sudan Selatan, Nigeria dan Irak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah mengingatkan bahwa 17 juta orang, setara dengan dua per tiga penduduk Yaman, berisiko tinggi kelaparan, demikian menurut warta kantor berita AFP. (hs)



Baca juga: (WHO tingkatkan upaya tanggulangi lonjakan kolera di Yaman)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017