Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Komunikasi dan Informatika mengingatkan generasi muda untuk menolak pengaruh atau ajakan yang bertentangan dengan Pancasila melalui media sosial.

"Jangan mau diajak bertentangan dengan Pancasila. Kalau Pancasila diganti tidak ada lagi Indonesia," ujar Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum Henry Subiakto di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, dengan berpegang pada Pancasila, semua umat bisa menjalankan ajaran agama apa pun, sementara jika dipaksakan menjadi negara Islam akan terjadi perpecahan.

Pancasila, kata Henry, bukan agama, melainkan persimpangan banyak jalan yang menyatukan banyak agama.

Ajakan menyimpang dari nilai Pancasila melalui media sosial harus diwaspadai karena orang yang menggunakan gawai sebagian besar hanya membaca sekilas dan 80 persen tidak bisa membedakan fakta dan hoax.

Terkait pemblokiran situs dinilai radikal, pihaknya menegaskan Kominfo tidak hanya memblokir situs Islam, tetapi beredar berita palsu atau hoax yang bertujuan menimbulkan kebencian.

"Pasar terbesar di Indonesia itu muslim, jadi kalau menyangkut muslim jadi laris (pembaca berita hoax). Jadi jangan mudah terprovokasi pada informasi palsu," ucap Henry.

Informasi palsu memiliki dampak yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perpecahan, pengelompokan dan radikalisme.

Untuk itu, ia mengajak generasi muda yang lebih banyak menghabiskan waktunya di media sosial berpikir lebih cerdas dan bijak dalam memanfaatkan media sosial.

"Kalau radio adalah perpanjangan telinga, televisi adalah perpanjangan mata, sekarang gawai adalah perpanjangan hidup kita, berhati-hatilah," kata dia.

(T.D020/T007)

Baca juga: (Ormas diimbau berperan merawat kerukunan umat beragama)

Baca juga: (Presiden akan "gebug" organisasi anti-Pancasila)

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017