Mosul (ANTARA News) - Eksodus warga sipil dari kota medan perang Mosul mencapai tingkat yang belum pernah terjadi, menyebabkan lembaga bantuan berjuang keras untuk mengatasinya, kata koordinator kemanusiaan PBB di Irak Lise Grande, Kamis (18/5).

"Jumlah orang yang mengungsi dari rumah mereka di Mosul barat sangat banyak," ungkap Grande.

"Kami berbicara tentang jumlah yang sangat besar dari keluarga yang meninggalkan segalanya. Mereka mengungsi dalam kedaan yang sangat sulit. Banyak dari mereka kesulitan mendapatkan makanan dan tidak mendapatkan akses terhadap air minum yang bersih dan obat-obatan selama beberapa pekan atau bulan," katanya.

Pasukan Irak pada tujuh bulan lalu menggelar operasi habis-habisan untuk merebut kota terbesar kedua negara tersebut dari ISIS, yang menguasainya pada Juni 2014.

Lebih dari 700.000 orang mengungsi, setengah juta dari mereka sejak pertengahan Februari, saat pasukan Irak bergerak di sisi barat kota itu yang lebih padat penduduknya.

Pemerintah, PBB dan para mitranya sudah mendirikan tenda-tenda di sekitar Mosul untuk membantu para warga sipil, termasuk mereka yang mengalami kelaparan dan digunakan sebagai perisai manusia oleh ekstremis.

Namun Grande mengatakan bahwa komunitas bantuan kesulitan untuk menangani aliran pengungsi terbaru.

"Jumlah orang yang mengungsi saat ini begitu besar sehingga semakin sulit untuk memastikan warga sipil menerima bantuan dan perlindungan yang mereka butuhkan," katanya.

Dia memperingatkan bahwa 200.000 warga sipil lainnya yang masih terjebak di Kota Tua Mosul dapat mengungsi dalam beberapa pekan mendatang, demikian dilansir AFP. (mr)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017