Palembang (ANTARA News) - Sebanyak enam kapal pesanan Kementerian Perhubungan yang dibuat oleh perusahaan galangan kapal PT Mariana Bahagia akan selesai dibuat akhir tahun 2017, dan siap melayani sejumlah rute perintis di Tanah Air.

"Pengerjaan sudah 80 persen. Serah terima harus tepat waktu dan tidak boleh molor. Sekitar November-Desember nanti," kata Direktur Operasi PT Mariana Bahagia, Darwin Kuswanto di Kota Palembang, Sabtu.

Bahkan, satu kapal akan ditarik keluar galangan pada 10 Juni, sedangkan satu kapal akan ditarik saat mendekati Lebaran ini. Kapal lain pun akan segera menyusul selesai karena hanya tinggal tahap penyelesaian saja.

Ia mengatakan keenam kapal yan sedang dikerjakan di galangan kapal miliknya di Kota Palembang itu adalah empat unit kapal penumpang ukuran dua ribu gross tonnage (tonase kotor/GT) dan dua unit kapal barang ukuran 100 teus (unit ekuivalen dua puluh kaki) yang dilengkapi derek (crane) agar bisa beroperasi di pelabuhan perintis.

Proyek pengadaan kapal itu menggunakan tahun anggaran tahun jamak yang dimulai pada 2015 dan selesai 2017 dengan anggaran Rp73,9 miliar per unit untuk kapal 2.000 GT dan kapal barang 100 teus senilai Rp113,4 miliar per unit.

Menurut dia, adanya pemotongan anggaran hingga 12 persen tidak akan membuat penyelesaian semua kapal mundur, sebab apabila molor akan menambah kerugian karena denda dari Kementerian Perhubungan.

Ia mengatakan kapal yang dibuat sebagian besar menggunakan bahan baku dari dalam negeri karena kualitas sudah bagus dan harga lebih murah.

Namun, untuk mesin penggerak kapal masih harus diimpor dari Jepang, karena belum ada industri mesin kapal dalam negeri yang memproduksinya. Selain itu, sejumlah komponen pendukung kapal, misalnya, beberapa jenis lampu juga masih impor.

"Yang tidak ada di sini, ya kita impor. Kalau tersedia di sini, buat apa impor. Pelat baja produksi dalam negeri juga lebih murah," ucapnya, menegaskan.

Ia mengatakan PT Mariana Bahagia sering mendapatkan pesanan kapal baik dari pemerintah maupun swasta karena kualitas produk dan layanan yang baik. Selain pengerjaan tidak molor, laju kapal lebih stabil saat berlayar.

Pada 2016, perusahaan itu juga menerima pesanan Kementerian Perhubungan berupa dua unit kapal 750 GT untuk melayani jalur perintis, sedangkan pada 2014 menyerahkan kapal RoRo 5.000 GT untuk melayani jalur Merah-Bakauheni.

Perusahaan itu juga telah mengekspor sejumlah kapal untuk pengeboran minyak lepas pantai ke Singapura, Filipina, Fiji dan Brasil.

Kementerian Perhubungan akan mengadakan 103 unit kapal berbagai ukuran selama 2015-2019 yang akan dipakai untuk melayani jalur-jalur perintis.


Pewarta: Santoso
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017