Kolombo, Sri Lanka (ANTARA News) - Korban tewas akibat banjir dan tanah longsor yang memporak-porandakan Sri Lanka mencapai 202 orang hingga Rabu pagi, sementara 96 orang masih belum ditemukan, kata Pusat Penanganan Bencana.

Enam-puluh-tiga orang cedera dan mencari pengobatan di rumah sakit negara, sedangkan lebih dari 600.000 orang telah terpengaruh.

Hujan lebat dan angin kencang yang melanda seluruh Sri Lanka sejak Jumat (26/5) telah mengakibatkan banjir besar dan tanah longsor di banyak daerah negara itu. Kabupaten di bagian selatan Sri Lanka paling parah dilanda bencana.

Saat permukaan air mulai surut, tiga unit militer bersama dengan tim pertolongan sekarang telah melakukan operasi besar pembersihan guna memulihkan keadaan di daerah yang terdampak.

Sedikitnya 82.000 orang berlindung di lokasi yang aman dan banyak orang lagi tak bisa pulang ke rumah mereka karena rumah mereka rusak total atau rusak sebagian.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sedikitnya 16 rumah sakit di Sri Lanka, yang direndam banjir, telah sepenuhnya atau sebagian dikosongkan sebab banyak instalasi telah terdampak langsung banjir banjir atau terancam tanah longsor, demikian satu pernyataan PBB yang dikeluarkan di Kolombo pada Rabu.

"Dengan bertambahnya jumlah orang yang mengungsi dan kurangnya ruang di lokasi aman, tempat berteduh sementara dan akses aman ke layanan kesehatan diperlukan. Pengawasan penyakit dan pemantauan vektor juga menjadi prioritas sementara penyakit menular mengancam," kata pernyataan itu, sebagaimana dikutip Xinhua.

Ditambahkannya, selama beberapa bulan belakangan, mitra kesehatan telah mencatat peningkatan tajam kasus penyakit demam berdarah dengue (53.200 kasus dengan lebih dari 125 korban meninggal) dibandingkan dengan data dari 2016.

Kementerian Kesehatan telah mengerahkan tim medis terutama di Kabupaten Kalutara, Ratnapura dan Galle di Sri Lanka Selatan, kata pernyataan PBB yang diperbarui.

Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena pada Selasa mengatakan pembangunan kembali 640 rumah yang sepenuhnya hancur dan 5.329 rumah yang rusak sebagian akan segera dimulai.

Sirisena, yang juga mengunjungi kabupaten Ratnapura --yang paling parah terpengaruh, pada Ahad memerintahkan pemerintah agar menyediakan bantuan maksimum dan secepatnya buat korban dan memerintahkan lembaga keuangan mengucurkan dana untuk diberikan kepada orang yang jadi korban.

Bantuan internasional juga telah mengalir ke negara tersebut, dan Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, Pakistan, India, Australia Norwegia serta Uni Eropa menyumbang dana serta mengirim pasokan bantuan.

Pemerintah Sri Lanka telah berterima kasih kepada masyarakat internasional atas bantuannya pada saat bencana ini.

Karena Topan Mora sekarang telah menjauhi negara pulau itu, Departemen Meteorologi pada Senin menyatakan kemungkinan hujan lebat dan angin kencang berkurang sampai Senin.

Namun, katanya, angin cukup kencang, dengan kecepatan sekitar 50 kilometer per jam, dapat terjadi di beberapa bagian kabupaten tersebut.

(Uu.C003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017