Jakarta (Antara) -- Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki nilai-nilai falsafah hidup bangsa yang kuat. Karena itu seyogyanya bangsa ini mewarisi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya, warisan tersebut semakin lama semakin memudar. 

Kondisi inilah yang membuat Dirut IndonesiaRe Frans Y. Sahusilawane, terasa masygul. Dia resah terhadap menurunnya nilai-nilai kebangsaan di kehidupan saat ini. 

"Kita tidak bisa menafikan bahwa globalisasi dan paham-paham humanisime sudah sangat mempengaruhi tingkat kehidupan kebangsaan kita. Bahkan ada paham radikal yang berkembang di masyarakat. Ini sangat memprihatinkan," katanya di sela-sela acara nonton bareng film dokumenter Kelahiran Pancasila di kantor IndonesiaRe, Jumat (2/6).

Karena itu, lanjut Frans, bangsa ini tidak boleh sampai terpengaruh paham-paham tersebut. "Kita harus kembali membangkitkan lagi ajaran Pancasila terutama di kalangan generasi muda agar semakin tumbuh subur hingga generasi mendatang," katanya. 

Menurut Frans, sudah selayaknya ajaran Pancasila itu kembali digaungkan di tingkat pendidikan dasar. Dengan begitu, anak-anak generasi mendatang tidak mudah disusupi oleh paham-paham yang tidak sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. "Saya kagum dengan ungkapan Gus Dur yang menyatakan bahwa kita ini begitu lahir Indonesia, baru kemudian tahu agama kita apa, dan seterusnya," ujarnya. 

Frans juga menyebut bahwa nilai Kebhinekaan yang terkandung dalam Pancasila harus membuat semua warga negara Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia. Tidak lagi merasa berbeda antara satu suku dengan suku yang lainnya. "Dengan begitu kita tidak perlu merasa minder saat berhadapan dengan bangsa lain seperti Prancis, Jerman, Inggris atau Amerika," katanya. 

Bagi Frans, semangat kebangsaan berfalsafahkan Pancasila tetap akan dikobarkan di IndonesiaRe agar para karyawan tetap memiliki semangat kerja sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila. "Harapannya agar Pancasila tetap ada di sanubari masing-masing karyawan di IndonesiaRe," katannya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017