London (ANTARA News) - Beberapa pembom bunuh diri dan orang-orang bersenjata menyerang parleman Iran dan astana Ayatollah Khomeini di Teheran untuk menewaskan paling sedikit 13 orang. Serangan teror semacam ini jarang terjadi di Iran, sedangkan Pengawal Revolusi Iran menuding Arab Saudi berad di balik serangan teror itu.

ISIS sudah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan mengancam akan lebih sering lagi menyerang Iran yang mayoritas Syiah yang dianggap militan Sunni ekstrimis itu sebagai bid'ah.

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mencuit, "Para raja pensponsor teror mengancam meluaskan peperangan ke tanah air kita. Serangan terselubung yang paling dibenci tuan-tuan mereka: kursi demokrasi."

Dia tidak secara eksplisit mengungkapkan negara mana yang dia tuduh dalam cuitan itu, namun wakil pangeran mahkota Saudi Mohammed bin Salman al-Saud bulan lalu pernah mengatakan Saudi akan membawa konflik memperebutkan pengaruh, ke tanah Iran.

Saudi sendiri membantah terlibat dalam serangan di Teheran itu. Yang jelas serangan ini kian memperburuk hubungan Saudi-Iran di tengah persaingan kedua negara untuk mengendalikan Teluk dan menjadi pemimpin dunia Islam.

Serangan teror itu terjadi setelah Saudi dan beberapa negara Arab Sunni lainnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar karena negara ini dianggap mendukung Iran dan kelompok-kelompok militan.

Ini adalah serangan teror yang pertama kali diklaim ISIS dilakukan di dalam negeri Iran yang merupakan salah satu kekuatan kunci dalam perang melawan ISIS di Irak dan Suriah.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Iran Reza Seifollhai berkata kepada televisi nasional bahwa para penyerang berasal dari dalam negeri Iran yang bergabung dengan ISIS. Polisi Iran sudah menangkap lima terduga.

Sementara itu Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei berkata bahwa "Kembang api ini tidak akan mempengaruhi Iran. Itu semua akan segera dibasmi. Terlalu kecil untuk mempengaruhi niat bangsa dan pemerintah Iran."

Pengawal Revolusi Iran menuduh Saudi berada di balik serangan itu, dan bersumpah akan menuntut balas.

"Serangan teroris ini terjadi hanya satu minggu setelah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (Donald Trump) dan para pemimpin terbelakang (Saudi) yang mendukung teroris. Fakta bahwa ISIS mengaku bertanggung jawab adalah membuktikan mereka terlibat dalam serangan brutal itu," kata Pengawal Revolusi.

Trump mengaku mengirimkan doa kepada para korban serangan Teheran namun menegaskan bahwa negara-negara yang mensponsori terorisme berisiko menjadi korban dari kejahatan yang mereka sendiri promosikan.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengaku tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas serangan teror di Teheran itu dan menyatakan tidak ada bukti ekstrimis-ekstrimis Saudi terlibat, demikian Reuters.

    

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017